Nationalgeographic.co.id—Burung dan mamalia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup dari perubahan iklim dibanding reptil dan amfibi.
Studi terbaru menganalisis sekitar 11 ribu spesies untuk mengetahui bagaimana mereka bisa bertahan selama 270 juta tahun saat cuaca berfluktuasi antara panas dan dingin. Penelitian ini bertajuk Mammals and birds could have best shot at surviving climate change yang terbit di jurnal Science Daily. Selain itu juga penelitian bertajuk The impact of endothermy on the climatic niche evolution and the distribution of vertebrate diversity, yang terbit di jurnal Nature Ecology and Evolution.
Para peneliti menemukan fakta bahwa hewan berdarah panas memiliki mekanisme pertahanan yang lebih baik dibanding amfibi dan reptil. “Kami melihat bahwa mamalia dan burung lebih mampu untuk memperluas habitat mereka. Artinya, mereka bisa beradaptasi dengan mudah,” kata Jonathan Rolland, pemimpin penelitian dari University of British Columbia.
Rolland menambahkan, adaptasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat kepunahan dan kelangsungan planet Bumi di masa depan. Bagaimana penjelasannya?
Tim peneliti mengatakan, sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid besar menghantam semenanjung Yucatan. Puing-puing di atmosfer membuat suhu di Bumi lebih dingin. Tabrakan itu memusnahkan disnosaurus, mulai dari triceratops hingga T-Rex.
Hewan berdarah panas, pada akhinya bisa selamat dan bertahan hidup karena mereka tidak lagi menjadi mangsa dinosaurus.
Saat ini, kepunahan massal lain yang disebabkan oleh pemanasan global sedang mengancam bumi. Ini pertama kalinya sejak dinosaurus punah, dan yang keenam dalam sejarah Bumi. Faktanya, spesies menjadi lebih cepat punah 100 kali lipat dibanding pada masa sebelum revolusi industri.
Baca Juga: Spesies Ikan Berjalan yang Singkap Misteri Evolusi Vertebrata Darat
Rolland dan rekan-rekannya meneliti data genetik dan catatan fosil untuk merekonstruksi lokasi di mana hewan-hewan berkembang selama 270 juta tahun terakhir. Dan pada suhu berapa mereka bisa tetap hidup.
Ketika Bumi yang nyaman perlahan menjadi dingin sekitar 40 tahun yang lalu, burung dan mamalia berhasil bergerak dan beradaptasi di habitat baru mereka. Namun, hal itu tidak terjadi pada hewan berdarah dingin.
Mungkin, hal ini juga yang menjadi alasan mengapa hanya ada sedikit amfibi dan reptil yang bisa dilihat di tempat beriklim sedang dan Antartika. Meskipun tekanan lingkungan bisa membuat mereka beradaptasi juga, tetapi itu akan memakan waktu yang lama.
Baca Juga: Sains Bumi: Perubahan Medan Magnet Bumi Berdampak pada Kehidupan Purba
Hewan berdarah panas masuk ke dalam kelompok yang disebut endoterm. Mereka bisa mengatur suhu tubuh, menjaga agar bagian bawah tubuh dan embrio tetap hangat, serta meningkatkan peluang bertahan hidup. Kelompok yang meliputi mamalia dan burung ini bisa hibernasi atau bermigrasi dengan cara yang lebih mudah dibanding eksoterm.
Eksoterm merupaka kelompok di mana hewan berdarah dingin berada. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh lingkungan.
“Memahami mekanisme di mana persyaratan abiotik dan biotik spesies, atau relung ekologi, berubah dari waktu ke waktu adalah isu sentral dalam biologi evolusioner,” ungkap Rolland. “Evolusi relung (niche evolution) iklim kurang dipahami baik pada skala makroekologi maupun makroevolusi.”
Meskipun merekonstruksi relung masa lalu selalu menjadi perhatian utama bagi ahli paleontologi dan ahli biologi evolusi, hanya sedikit penelitian terbaru yang berhasil menentukan faktor-faktor yang memengaruhi evolusi relung.
Evolusi relung memiliki implikasi penting untuk banyak topik dalam ekologi, evolusi, dan konservasi. Relung iklim mencerminkan set suhu dan kondisi curah hujan di mana suatu spesies hidup. Dengan demikian, spesialisasi pada serangkaian kondisi iklim yang terbatas dapat menjadi penting untuk memahami pola biogeografi, kekayaan spesies, struktur komunitas, spesiasi alopatrik, penyebaran spesies invasif, dan respons terhadap perubahan iklim.
Baca Juga: Mengapa Hanya Burung Yang Tersisa dari Era Kepunahan Dinosaurus?
Rolland dan timnya membandingkan evolusi relung iklim di empat kelompok utama vertebrata darat menggunakan pendekatan pemodelan. Pendekatan mereka mengintegrasikan data paleontologis dan neontologis, dan kumpulan data skala besar yang berisi informasi tentang distribusi saat ini, hubungan filogenetik, dan catatan fosil untuk total 11.465 jenis.
Mereka merekonstruksi pergeseran historis dalam rentang geografis dan relung iklim. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi secara signifikan lebih cepat pada endoterm (burung dan mamalia) daripada di ektoterm (squamate dan amfibi). Spesies yang mampu bertahan bukan spesies terkuat atau terbesar, melainkan spesies yang mempu beradaptasi.
Penemuan ini sangat penting. Sebab, pengetahuan mengenai kepunahan di masa lalu dan evolusi spesies bisa membantu kita mengetahui bagaimana perubahan iklim akibat ulah manusia mempengaruhi keanekaragaman hayati yang ada di Bumi.
Baca Juga: Fosil Ini Ungkap Kelompok Mamalia Purba dan Terbelahnya Benua Pangaea