Yonaguni-Jima: Antara Atlantis atau Fenomena Alam di Laut Jepang

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 4 Agustus 2021 | 13:00 WIB
Struktur batuan di perairan Yonaguni-Jima. Diyakini sebagai sisa peradaban manusia yang hilang, ada juga yang berpendapat sebagai aktivitas alami biasa. (Naotomo Umewaka/BBC)

Sedangkan apa yang membuatnya tenggelam adalah tsunami besar yang pernah melanda. Kimura berpendapat, pulau ini pernah diterjang tsunami pada April 1771 dengan ketinggian 40 meter.

Tidak menutup kemungkinan, jika peradaban kuno ini pernah ditimpa musibah yang sama di waktu yang lebih lampau.

Aktivitas alam. Lain dengan Kimura, profesor sains dan matematika Boston University Robert Schoch berpendapat lain. Schoch juga pernah menyelam di situs tersebut untuk mengamatinya.

"Saya tidak yakin bahwa salah satu fitur atau struktur utama adalah tangga atau teras itu buatan manusia, tetapi semuanya alami,” ujarnya di National Geographic.

"Ini adalah geologi dasar dan stratigrafi klasik untuk batupasir, yang cenderung pecah di sepanjang bidang dan memberi Anda tepi yang sangat lurus ini, terutama di daerah dengan banyak sesar dan aktivitas tektonik."

Dia menyebut lubang di batu permukaan itu diciptakan oleh gerusan pusaran bawah air. Sedangkan garis lubang yang lebih kecil bisa jadi dibentuk oleh makhluk laut yang memnafaatkan lapisan batu itu.

Baca Juga: Laut Tiongkok Selatan: Antara Nine Dash Line dan Deklarasi Juanda

Monumen Yonaguni Jima yang berbentuk mirip kura-kura. Masaaki Kimura berpendapat ada hubungannya dengan legenda Ryuujin. (Chris Wilson/Alamy)

Schoch juga mengatakan dia telah melihat apa yang diyakini Kimura sebagai gambar binatang dan wajah manusia di situs tersebut. "Profesor Kimura mengatakan dia telah melihat semacam tulisan atau gambar, tetapi itu cuma goresan di atas batu yang alami," sanggahnya. "Dia menafsirkannya sebagai buatan manusia, tetapi saya tidak tahu dari mana asalnya sumbernya."

Masih belum jelas tentang kebenaran struktur besar Yonaguni-Jima ini. Kimura tetap bersikukuh dengan teori yang dipaparkannya.

"Cara terbaik untuk mendapatkan jawaban pasti tentang asal-usul mereka adalah dengan terus kembali dan mengumpulkan lebih banyak bukti," Kimura menambahkan.

"Jika saya tidak memiliki kesempatan untuk melihat struktur ini sendiri, saya mungkin juga skeptis."

Baca Juga: Legenda Jepang yang Populer, Rubah Ekor Sembilan Bernama Kitsune