Nationalgeographic.co.id - 10 Desember 2019 lalu, di dekat Istana Merdeka, Jakarta, ada demonstrasi dalam memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia. Mereka menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas pelanggaran HAM di masa lalu, termasuk solidaritas kepada korban demonstran yang tewas pada September di tahun itu.
Aksi itu dihadiri juga sekelompok orang yang menggunakan pakaian hitam. Ketika long march di Jalan Merdeka Barat, mereka bernyanyi membawakan bendera hitam: "Alerta! Alerta! Antifascista!". Saya—yang saat itu iseng berpelesiran di Jakarta dan mendekati titik aksi—terkejut ketika mengetahui bahwa mereka melabeli diri sebagai Antifa.
Awalnya saya hanya mengira, gerakan ini berada di luar negeri saja. Sebagaimana yang dilaporkan di Amerika Serikat, organisasi gerakan ini kerap berbuat rusuh dan bersolidaritas dalam Black Lives Matter. Hingga akhirnya dicap sebagai teroris oleh Presiden Donald Trump pada Mei 2020.