Sering Muncul dalam Demonstrasi, Apa itu Gerakan Antifasisme?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 12 Agustus 2021 | 11:00 WIB
Massa berpakaian serba hitam dalam peringatan Hari Buruh 2019. Terdapat simbol Antifa pada barisan massa. (Tribun Jabar)

 

"Tampaknya tidak ada keseiursan dari pemerintah untuk menanggapi usulan Gapi, dan Ratu [Belanda] menyatakan penolakannya."

Gerakan paham antifasisme berkembang di seluruh Indonesia, yakni Gerakan Rakyat Anti Fasis (Geraf) yang diikuti oleh Musso, KH Zaenal Mustofa, dan Liem Koen Hian pada Mei 1940, seperti yang disampaikan Soe Hok Gie dalam buku Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan.

Ada pula Liga Anti-Fasis yang tercatat di dalam Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia. Organisasi bawah tanah ini dibentuk oleh sekelompok orang-orang komunis Tionghoa di Medan, Sumatera Utara.

Mereka getol menyerukan propaganda anti fasisme Nazi dan Kekaisaran Jepang selama pergolakan Perang Dunia II. Soetan Sjahrir juga membuat organisasi serupa yang mendapat bantuan dari pihak Sekutu.

Baca Juga: Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel

Muso Manowar atau Munawar Muso lahir di Kediri pada 1897, meninggal di Madiun, pada 31 Oktober 1948. Seorang tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. (Wikimedia Commons)

 

Antifasisme kini

Beberapa kelompok Antifa, dikutip dari BBC News, mengklaim gerakannya sudah ada sejak 1920-an dan 1930-an sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya.

Tetapi Mark Bray, profesor dari University of Hong Kong dalam Antifa: The Anti-Fascist Handbook, mengatakan gerakan Antifa di Amerika Serikat sendiri baru muncul pada 1980-an lewat Anti-Racist Action.

Bray menyebut, anggota Antifa pada awalnya tumbuh sebagai cara untuk mempertahankan jati diri punk yang dianggap berandalan oleh stigma masyarakat. Mereka juga membuat gerakan bernama Skineheads Against Racial Prejudice.

Di Inggris, Bray dalam wawancara dengan the Guardian menyebut bahwa kelompok ini tumbuh pada 1970-an seiring dengan makin populernya partai politik sayap kanan.

Mereka sempat mengalami masa tidak begitu aktif pada awal 2000-an, tetapi belakangan kian kuat seiring dengan munculnya Donald Trump yang identik dengan fasisme, supremasi kulit putih dan rasisme, dan Neo-Nazi.

Baca Juga: Einstein dan Politik: Mendukung Hak Yahudi hingga Menolak Israel