Penemuan Materi Baru yang Mampu Mengubah Limbah Panas Menjadi Listrik

By Ricky Jenihansen, Jumat, 6 Agustus 2021 | 10:00 WIB
Selenida timah murni memiliki kinerja termoelektrik yang sangat tinggi. (Northwestern University)

 

"Tantangan ini membuat perangkat termoelektrik lebih sulit diproduksi daripada sel surya," katanya.

Sebelumnya, pada tahun 2014, Kanatzidis dan timnya telah melaporkan penemuan bahan mengejutkan yang terbaik di dunia dalam mengubah limbah panas menjadi listrik yang berguna, yaitu bentuk kristal dari senyawa kimia timah selenida.

Namun, meskipun temuan itu penting, bentuk kristal tunggal tidak praktis untuk produksi massal. Hal itu karena kerapuhannya dan kecenderungannya mengelupas.

Menurut para peneliti, selenida timah dalam bentuk polikristalin, yang lebih kuat dan dapat dipotong dan dibentuk untuk aplikasi, sangat dibutuhkan. Sehingga para peneliti beralih untuk mempelajari bahan dalam bentuk itu. Kejutan yang tidak menyenangkan, mereka menemukan konduktivitas termal material itu tinggi, tidak seperti dalam bentuk kristal tunggal.

Baca Juga: Puluhan Ribu Hewan Laut Terebus Hidup-Hidup Akibat Gelombang Panas

Lebih dari 65% energi yang dihasilkan secara global dari bahan bakar fosil hilang sebagai limbah panas (VanderWolf-Images)

"Harapannya adalah bahwa timah selenida dalam bentuk polikristalin tidak akan memiliki konduktivitas termal yang tinggi, tetapi nyatanya demikian. Kami punya masalah," kata Kanatzidis.

Akan tetapi, setelah pemeriksaan lebih lanjut, para peneliti mengetahui bahwa kulit timah teroksidasi pada material. Panas mengalir melalui kulit konduktif, meningkatkan konduktivitas termal, yang tidak diinginkan dalam perangkat termoelektrik.

Setelah mengetahui hal itu, bahwa oksidasi berasa dari proses itu sendiri dan material awal. Tim peneliti menemukan cara untuk menghilangkan oksigen. Para peneliti dapat menghasilkan materi selenida timah tanpa oksigen.

"Ini (akan) membuka pintu bagi perangkat baru yang akan dibuat dari materi selenida timah polikristalin dan aplikasinya yang lebih luas," kata Kanatzidis.

Baca Juga: Kenapa Atmosfer Matahari Jauh Lebih Panas daripada Permukaan Matahari?