Studi Terbaru Membuktikan Ular Derik Mampu Hasilkan Ilusi Pendengaran

By Maria Gabrielle, Rabu, 25 Agustus 2021 | 18:00 WIB
Ular derik merupakan salah satu ular berbisa yang terkenal. (Tobias Kohl)

 

Dia menyadari frekuensi yang dikeluarkan ular menderik meningkat sebelum saat dia mendekat. Namun, saat Chagnaud menjauh, frekuensinya berkurang. Guna mengetahui penyebab fenomena ini dia dan rekan-rekannya merekam frekuensi bunyi derik. Caranya, mendekatkan beberapa objek kepada ular derik, seperti piringan hitam dan manikin torso manusia.

Hasilnya, saat objek pertama kali mendekat frekuensi derik masih berada di angka 40 Hz. Kemudian, ketika objek semakin mendekat frekuensi tiba-tiba melonjak antara 60 Hz hingga 100 Hz. Menurut para peneliti, semakin cepat objek mendekat maka semakin tinggi pula frekuensi derik yang dihasilkan oleh ular. Kendati demikian, ukuran objek tidak mempengaruhi tingkat frekuensi.

Tidak hanya itu, para peneliti juga melakukan percobaan lain menggunakan teknologi virtual reality yang memperlihatkan ular dan habitatnya. Simulasi ini melibatkan 11 orang sukarelawan yang diperintahkan oleh para peneliti untuk memberi tanda apabila mereka mendengar derik ular dari dekat (satu meter).

Baca Juga: 'Lem Super' dari Bisa Ular Ini Dapat Menutup Luka Hanya dalam 45 Detik

Ular derik di kebun binatang Barcelona, Catalonia, Spanyol. Semakin cepat objek mendekat maka semakin tinggi pula frekuensi derik yang dihasilkan oleh ular (Wikimedia Commons)

Ular virtual ini justru sudah meningkatkan deriknya hingga 70 Hz saat sukarelawan masih berada di jarak empat meter. Simulasi ini membuktikan bahwa ular derik mampu mengecoh pendengaran sukarelawan.

Lebih lanjut, Boris Chagnaud mengemukakan kalau ular derik menghasilkan ilusi suara sebagai batas aman antara dirinya dengan predator, termasuk manusia di dalamnya. Hipotesisnya, manusia dan mamalia lain terbiasa mendengar bahwa suara yang semakin kencang menandakan si penghasil suara semakin dekat. Nah, hipotesa itu tidak berlaku dalam studi ini.

Agar lebih meyakinkan Boris Chagnaud kembali melakukan percobaan virtual reality tanpa adanya lonjakan frekuensi derik. Alhasil, sukarelawan jauh lebih baik dalam menebak jarak antara mereka dengan ular virtual.

Baca Juga: Spesies Baru Ular Hijau Ini Dinamai Dari Tokoh Serial Harry Potter

Crotalus atrox atau western diamondback rattlesnake. Peneliti melakukan uji coba untuk mengukur frekuensi yang dihasilkan oleh ular derik saat didekati objek. Hasilnya ternyata menakjubkan. (Wikimedia Commons)

“Ular tidak sekadar menderik untuk memberitahukan keberadaannya. Tapi derikan itu menjadi solusi yang inovatif seperti perangkat pada mobil yang memberi tahu batas aman saat berjalan mundur,” ujar Boris Chagnaud dalam rilis yang diunggah laman EurekAlert!

Adapun ular derik yang dijadikan objek penelitian ini adalah Crotalus atrox atau western diamondback rattlesnake. Dikutip dari Britannica Kids, ular ini masuk dalam famili Viperdae. Ukuran ular ini lebih kecil jika dibandikan dengan kerabatnya, eastern diamondback. Meski begitu, Crotalus atrox berada di urutan pertama dalam kematian akibat gigitan ular.

Sementara itu, studi mengenai ilusi pendengaran yang dihasilkan ular derik telah dipublikasikan pada laman Current Biology dengan judul Frequency modulation of rattlesnake acoustic display affects acoustic distance perception in humans pada 19 Agustus 2021.

Baca Juga: Penemuan Fosil di Argentina Ini Ungkap Rahasia Evolusi Ular