Sains Kota Bawah Tanah Semut, Kompleks dan Bertahan Puluhan Tahun

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 28 Agustus 2021 | 20:00 WIB
Sarang semut adalah kota bawah tanah yang dalamnya bisa mencapai 7,5 meter. (Pinterest)

Nationalgeographic.co.id - Jika membayangkan sarang semut, apa yang ada di pikiran kita? Gundukan pasir yang menyeruak dari dalam tanah? Sebuah lubang kecil di dalam tanah? Mungkin tidak terlihat mengesankan. Namun jauh ke dalam tanah di sana, lubang kecil itu sangat kompleks.

Lubang itu bercabang-cabang dan mengarah ke ruang kosong khusus yang merupakan tempat khusus bagi sang ratu semut untuk mengembangbiakkan anak-anaknya. Lubang itu juga mengarah ke tempat penyimpanan makanan, tempat semut-semut membuat sampah dan ruang lainnya.

Liang itu bukan hanya sekadar lubang kecil. Namun sebuah kota bawah tanah yang dalamnya bahkan bisa mencapai sekitar 25 kaki atau 7,5 meter di dalam tanah. Bahkan, sarang semut dapat bertahan hingga beberapa dekade.

Bagi kita, mungkin konstruksi semacam itu sudah cukup mengesankan. Namun jika itu dikerjakan oleh hewan yang ukurannya tidak lebih besar dari kuku, itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa.

Baca Juga: Kaviar Escamoles dari Semut Pohon Beludru Seharga Seratus Dollar

Kini, para peneliti dari Caltech telah mengungkap salah satu rahasia di balik bagaimana semut membangun struktur luar biasa kompleks dan stabil tersebut. Penelitian tersebut dilakukan karena didorong oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan kita untuk menggali di bawah tanah, seperti pertambangan, kereta bawah tanah, atau pertanian bawah tanah.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Teknik Sipil dan Mesin George W. Housner di laboratory of Jose Andrade kemudian mempelajari kebiasaan semut menggali dan menemukan mekanisme bagaimana semut melakukannya. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di journal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Para peneliti kemudian mencari tahu apakah semut tahu cara menggali terowongan itu, atau semut hanya menggali membabi buta? Itu adalah pertanyaan besar yang harus terjawab sebelum mereka melakukan penelitian.

"Kami tidak mewawancarai semut untuk menanyakan apakah mereka tahu apa yang mereka lakukan, tetapi kami memulai dengan hipotesis bahwa mereka menggali dengan sengaja," kata Andrade seperti dilansir sciencedaily.

Para peneliti menduga, semut-semut itu meraba-raba tanah, mencari daerah yang gembur dan mencoba menggalinya. Semut mungkin dapat menilai kemampuan mekanis mereka untuk menghindari wilayah yang tanahnya keras dan sulit untuk digali.

Baca Juga: Terowongan Misterius Ditemukan di Meksiko, ‘Gerbang Neraka’ Suku Maya?

Karena Andrade adalah seorang insinyur dan bukan ahli entomologi, lantas dia meminta bantuan Joe Parker, asisten profesor biologi dan teknik biologi yang penelitiannya berfokus pada semut dan hubungan ekologisnya dengan spesies lain.

"Yang dibutuhkan Jose dan timnya adalah seseorang yang bekerja dengan semut dan memahami perilaku kolektif yang adaptif dari serangga sosial ini untuk memberi mereka konteks tentang apa yang mereka lakukan," kata Parker.