Kisah Cinta Terpendam 1.500 Tahun Pangeran Persia dan Putri Korea

By Bella Jingga Ardilla, Senin, 18 Oktober 2021 | 18:00 WIB
Lukisan Persia dari abad ke-14 menggambarkan Pangeran Abtin yang berlutut dan putri Kerajaan Silla, Frarang. (Hanyang University Museum)

Mugunghwa kkochi pieotseumnida.

 

Nationalgeographic.co.id—Penggalan kalimat permainan red light and green light pada drama Squid Games menjadi booming bukan saja di Asia melainkan seluruh dunia. Baru-baru ini drama Korea besutan Hwang Dong Hyuk sukses menduduki posisi tiga besar di trending Netflix Indonesia.  Korea khususnya Korea Selatan mampu menembus pasar dunia dengan memasukkan unsur kebudayaan secara perlahan, ini-lah yang sering disebut sebagai Korean wave.

Dalam sebuah karya ilmiah tulisan Indah Chartika Sari dan Ahmad Jamaan dari Universitas Riau Kampus Bina Widya yang berjudul Hallyu Sebagai Fenomena Transnasional, menyatakan bahwa Hallyu atau Korean wave merupakan fenomena gelombang kebudayaan Korea Selatan yang terdiri dari beberapa konten-konten kebudayaan, seperti, K-Drama, K-Pop dan K-Fashion. Namun, drama Korea sangat berbeda dengan drama di Indonesia

“Drama di Indonesia sangat menjemukan dan jalan ceritanya tidak jelas. Berbeda dengan drama Korea yang satu season terdiri dari beberapa episode saja. Sehingga cerita akan lebih beragam, membuat orang penasaran dan menunggu.” Tutur Yan Wijaya, seorang pengamat film Indonesia.

Drama Korea yang dinantikan oleh sebagian besar penggemarnya menyajikan berbagai kisah cinta, mulai dari kolosal hingga modern. Namun, ribuan tahun lalu ternyata ada sebuah kisah cinta tidak terungkap dan tersembunyi yang mampu mengubah sejarah.

Berdasarkan kisah cinta tersebut, para sejarawan kembali meneliti sastra klasik Persia kuno berbentuk puisi besar yang ditulis sekitar 500 M. Didalam puisi tersebut terungkap kisah cinta tidak biasa antara pangeran Persia dan putri Korea.  Kisah cinta antara pangeran Persia dan putri Korea terjadi sebelum penjelajah Eropa mencapai pantai Korea pada 1653.

Sastra klasik Persia kuno tersebut dikenal dengan nama Kushnameh. Kushnameh bukanlah sebuah penemuan baru tetapi merupakan cerita populer yang terkenal selama 1.500 tahun sejak ditulis.

Kushnameh menceritakan tentang makhluk besar jahat bergading gajah bernama Kus yang meneror keluarga Persia dari generasi ke generasi.

Seorang pangeran muda Persia bernama Abtin terpaksa tinggal di hutan untuk sembunyi dari Kus bertaring sepanjang hidupnya. Satu hal yang membuat Abtin merasa aman adalah sebuah buku ajaib yang mampu memperlihatkan masa depan.

Kostum tradisional Raja dan Ratu Kerajaan Silla. (South Korea, Seoul National Folk Museum)

Sama seperti para sejarawan yang berasumsi bahwa Korea dalam Kushnameh adalah Cina, Abtin kebingungan dan memilih untuk pergi ke Cina. Hal ini terjadi karena dalam buku ajaib tersebut, Kerajaan Silla Korea disebut sebagai “Chin”, nama yang merujuk pada Negara Cina. Perlu waktu bertahun-tahun untuk Abtin menyadari bahwa “Chin” bukan Negara Cina melainkan Korea. Korea pada abad ke-6 diceritakan sangat berlimpah dengan emas bahkan anjing-anjing dipelihara menggunakan kalung emas murni.

Abtin, seorang pangeran muda Persia disambut secara terbuka oleh Raja Silla. Sebagai seorang pria, Abtin sangat terpesona dengan keindahan Korea dan tentua kecantikan putri Frarang. Abtin yang tidak dapat menahan rasa cintanya kepada putri Frarang akhirnya meminta kepada Raja Silla untuk mempersunting sang putri.

“Kushnameh, sebuah epik Persia pra-Islam, memberikan deskripsi yang luar biasa tentang kerajaan Korea Silla. Pangeran Abtin, pahlawan Persia, menikahi seorang putri Silla bernama Frarang atas undangan raja, setelah melalui petualangan yang panjang dan sulit melalui Iran dan China,” kata Lee Hee Soo, seorang professor antropologi budaya Universitas Hanyang dalam sebuah blog asal Korea m.blog.daum.net.

Bagai gayung bersambut, Raja Silla bersedia menikahkan putri Frarang dengan Abtin. Selama menjalin pernikahan, Abtin dan putri Frarang memiliki seorang putra sulung keturunan setengah Persia, setengah Korea bernama Fereydun.

Kelahiran sang putra sulung merupakan titik balik dalam cerita ini. Abtin akhirnya terbunuh oleh anak buah Kus ketika kembali ke Persia. Persembunyian seumur hidupnya pun berakhir.

Tidak tinggal diam melihat sang ayah menghembuskan napas terakhir, putra sulungnya, Fereydun, yang merupakan keturunan Korea-Persia membalikkan keadaan dengan membentuk pasukan serta memimpin pemberontakan melawan Kus Si Taring.

Baca Juga: Kenapa Daging Perut Babi Begitu Digilai oleh Orang-orang Korea?

Pernikahan Pangeran Persia, Abtin dan Putri Korea, Frarang. (httpsm.blog.daum.net)

Pucuk dicinta ulam pun tiba, Persia yang selama berabad-abad diteror oleh Kus si taring akhirnya bebas dibawah komando seorang anak laki-laki setengah Persia dan Korea.

Cerita mengenai Kus menghasilkan ribuan baris puisi selama ratusan tahun. Bagian yang sangat menarik adalah penulis mendedikasikan 1.000 baris puisi puitis untuk menggambarkan negara Korea selama dinasti Silla.

Pada halaman berikutnya, diceritakan mengenai bagaimana mewah dan indahnya Korea. Penjelasan akurat dan terperinci membuat sejarawan modern percaya bahwa sang penulis pernah mengunjungi negara tersebut.

Kisah cinta antara Abtin, Pangeran Persia, dan putri Frarang merupakan penemuan yang luar biasa. Awalnya, para sejarawan tidak yakin bahwa orang Persia mengetahui adanya Korea.

Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama, Korea terisolasi dan jauh dari dunia Barat. Kisah ini menunjukkan bahwa dunia timur dan barat sangat terhubung meskipun butuh waktu hingga 1653 hingga penjelajah Korea pertama mencapai pantai Korea.

Walaupun di dalam cerita, Korea bukan mitra perdagangan, tetapi merupakan sekutu terpercaya dan sangat penting untuk Persia. Bahkan Persia bisa bebas dari teror Kus si taring setelah kepemimpinan Fereydun, pangeran setengah Korea-Persia.

Baca Juga: Temuan Baru di Istana Wolseong, Diduga Praktik Pengorbanan Manusia

Fereydun, anak tunggal Pangeran Abtin dan Putri Frarang yang dilukis oleh Haji Aqa Jan pada abad ke 19. (Wikimedia)

Dalam laman koreaherald.com, Kedutaan Besar Iran di Korea yang melakukan penelitian bersama profesor Iran Daryoosh Akbarzade, dan Lee Hee-soo, profesor antropologi budaya di Universitas Hanyang menemukan hubungan yang tidak biasa antara Persia dan Korea.

“Meskipun kami memikirkan hubungan antara Korea dan Persia sebagian besar dalam hal ekonomi, penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan itu lebih tiga dimensi dan sudah ada lebih dari 1.000 tahun yang lalu,” kata Darvishi Hossein, penasihat diplomasi publik di Kedutaan Besar Iran.

Sejarawan mengatakan bahwa Korea dan Persia memiliki kontak erat karena merupakan bagian dari Jalur Sutra. Bahkan tanpa sebab, barang-barang Persia bisa berakhir di Korea. Namun, asumsi yang beredar adalah kedua negara merupakan bagian dari jaringan perdagangan yang lebih luas.

Baca Juga: Mengapa Orang Korea Selatan Bersemangat dalam Berbahasa Indonesia?

Patung Kerajaan Silla abad ke-8 yang menggambarkan pria Timur Tengah. (facebook HangukandAsia)

Kisah cinta Abtin, sang pangeran Persia dan Frarang, putri Korea, merupakan pernikahan lintas negara dan antar budaya yang luar biasa. Pengungkapan kisah cinta dua insan ini menunjukkan bahwa Persia dan Korea memiliki hubungan yang sangat erat.

Lagi-lagi sejarah harus ditulis kembali berdasarkan penemuan ini.

Tidak hanya sampai disitu, bagaikan mendapat pencerahan, sebuah makan kuno di Gyeong-Ju, Korea Selatan, terdapat sebuah monumen tua untuk pahlawan perang Korea. Terjadi perbedaan pendapat bahkan pertanyaan. Hal ini dikarenakan monumen tersebut dikatakan lebih mirip dengan tentara Persia. Sehingga banyak yang berpikiran bahwa monumen tersebut merupakan monumen pahlawan Persia untuk Korea yang terlupakan.

Baca Juga: Laksamana Yi Sun-Shin: Strategi Pertempuran Laut dan Kapal Kura-Kura