Sebuah Teori Alternatif Menjelaskan Proses Runtuhnya Menara Kembar WTC

By Utomo Priyambodo, Selasa, 7 September 2021 | 10:00 WIB
Menara kembar WTC yang menjadi target serangan 9/11. (natgeotv.com)

Kronologi Kejadian dan Penjelasan Teori Simensen

Pada satu pagi hari waktu New York pada tanggal 11 September 2001, dua pesawat penumpang Boeing 767 terbang ke "Menara Kembar" World Trade Center di Manhattan di New York. Satu jam kemudian, gedung WTC 2 runtuh, diikuti setelah setengah jam oleh gedung WTC 1.

Puing-puting terbang dari runtuhnya Menara Kembar tersebut kemudian memborbardin bangunan-bangunan di sekitarnya. Gedung pencakar langit 47 lantai bernama WTC 7 kemudian juga ikut terbakar dan runtuh beberapa jam kemudian pada pukul 17.20.

Laporan resmi tentang penyebab runtuhnya tiga bangunan disusun oleh komisi yang ditunjuk oleh pemerintah federal dan sejak itu didukung oleh publikasi lain. Laporan itu sampai pada kesimpulan bahwa keruntuhan itu disebabkan oleh pemanasan dan kegagalan balok baja struktural di tengah bangunan.

"Saya percaya bahwa sangat mungkin bahwa teori tentang penyebab runtuhnya WTC 1 dan WTC 2 salah, tetapi laporan itu sangat mungkin sampai pada kesimpulan yang benar mengenai WTC 7," kata Simensen.

Baca Juga: Tak Hanya Masa Kini, Serangan Gedung Capitol Sudah Terjadi Sejak Dulu

Peristiwa serangan 9/11 yang menewaskan ribuan orang. Ledakan itu memberi makan teori konspirasi bahwa seseorang telah menempatkan bahan peledak di dalam Menara Kembar tersebut. (The Telegraph)

"Pendek kata: karena komisi pemerintah federal tidak cukup memperhitungkan fakta bahwa pesawat membawa 30 ton aluminium ke masing-masing dari dua menara tersebut," jelasnya.

"Aluminium paduan lambung pesawat, yang juga mengandung magnesium, meleleh pada suhu 660 derajat Celsius. Pengalaman yang diperoleh dari industri aluminium menunjukkan bahwa mungkin diperlukan antara setengah dan tiga perempat jam untuk mencapai suhu seperti itu. Jika aluminium cair dipanaskan lebih lanjut hingga suhu 750 derajat Celsius, menjadi cair seperti air. Saya menduga bahwa inilah yang terjadi di dalam Menara Kembar itu, dan aluminium cair itu kemudian mulai mengalir ke lantai di bawahnya."

"Semua lantai di Menara Kembar dilengkapi dengan sistem sprinkler. Semua air di atas badan pesawat yang panas pasti telah berubah menjadi uap. Jika teori saya benar, berton-ton aluminium mengalir ke bawah melalui menara-menara itu, di mana baunya bersentuhan dengan beberapa ratus liter air. Dari bencana-bencana lain dan eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh industri aluminium, kita tahu bahwa reaksi semacam ini menyebabkan ledakan-ledakan hebat," paparnya.

"Industri aluminium telah melaporkan lebih dari 250 ledakan aluminium-air sejak tahun 1980. Alcoa Aluminium melakukan percobaan di bawah kondisi yang terkendali, di mana 20 kilogram aluminium yang dilebur dibiarkan bereaksi dengan 20 kilogram air, yang ditambahkan beberapa karat. Ledakan itu menghancurkan seluruh laboratorium dan meninggalkan kawah berdiameter 30 meter."

Baca Juga: 4 Gedung Pencakar Langit Terbaik di Dunia