Sebuah Teori Alternatif Menjelaskan Proses Runtuhnya Menara Kembar WTC

By Utomo Priyambodo, Selasa, 7 September 2021 | 10:00 WIB
Menara kembar WTC yang menjadi target serangan 9/11. (natgeotv.com)

"Banyak orang di New York melaporkan bahwa mereka telah mendengar beberapa ledakan tepat sebelum bangunan runtuh. Film yang diambil dari bangunan juga menunjukkan adanya ledakan-ledakan itu. Mengingat jumlah aluminium yang terlibat besar dibandingkan dengan jumlah air, dan karena karat (sebagai katalis) mungkin juga ada, saya percaya bahwa kemungkinan besar bangunan itu runtuh sebagai akibat dari serangkaian ledakan aluminium-air yang sangat kaya energi."

Simensen meyakini ledakan-ledakan ini memang mampu menghancur seluruh bagian gedung.

"Ledakan air aluminium seperti ledakan dinamit. Ledakan-ledakan mungkin cukup kuat untuk meledakkan seluruh bagian dari setiap bangunan. Bagian atas akan jatuh di atas bagian yang tersisa di bawah, dan beratnya lantai atas akan cukup untuk menghancurkan bagian bawah bangunan."

Baca Juga: Selidik Gedung Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual

Foto korban serangan 9 September 2001 yang dipajang di Museum 9/11, New York. (Amusing Planet)

Adapun terkait gedung WTC 7 yang ikut hancur meski tak ditabrak pesawat, Simensen menjelaskan bahwa menara tersebut terkena dampak lebih lanjut.

"WTC 1 dan WTC 2 mengambil sejumlah besar bahan bakar penerbangan, pecahan baja dan, jika teori saya benar, sejumlah besar aluminium cair ketika runtuh. Ketika material-material ini dan yang lainnya jatuh sekitar tiga atau empat ratus meter ke tanah, mereka terhimpit di antara bagian atas dan bawah menara-menari itu. Hal ini menyebabkan bangunan tetangga dibombardir oleh partikel panas, bahan bakar dan mungkin juga tetesan aluminium. Baik gumpalan partikel besar dan kecil telah ditemukan tertanam di dinding bangunan ini."

"WTC 7 mungkin telah menerima lebih banyak dampak ini daripada bangunan-bangunan lain. Bagaimanapun, bangunan itu terbakar, sehingga menjadi tidak terkendali. Dalam hal ini, baja strukturalnya mungkin telah mencapai suhu lebih dari 1.000 derajat Celsius, selama lebih dari tujuh jam, dan lantai 13nya runtuh dalam satu menit. Dalam hal ini saya setuju dengan temuan komisi federal. Balok baja yang terlalu panas mungkin menjadi penyebab runtuhnya."