Soeharto Muda dan Sekitarnya yang Memengaruhi Masa Pemerintahannya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 9 September 2021 | 20:00 WIB
Soeharto saat masih menjadi petinggi TNI Angkatan Darat. Pada 1967, ia mulai menjabat presiden dan mengadopsi pemahaman yang dipelajarinya sewaktu muda. (Lutfi Fauziah)

Perspektif tradisional Jawa yang diadopsi untuk pemerintahannya, lebih banyak pengaruhnya dibanding nilai keagamaan Islam yang dipeluknya. Soeharto sendiri bahkan sempat mengenyam sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta semasa remajanya yang tentu memberikan pandangan agama Islam.

Aspek religius ini memang penting baginya, tetapi digunakan untuk menangkar ancaman politik islam yang berkembang pesat pada masanya.

"Kita lihat itu tercermin begitu kuat selama masa kepresidenannya. Kecirugaannya terhadap islam atau setidaknya politik Islam," terang Jenkins.

Baca Juga: Rentetan Praktik Pembredelan pada Media Massa oleh Orde Baru

Presiden Soeharto dalam potret resmi kenegaraan, 1973. (Indonesia 1975: An Official Handbook)

"Penolakannya untuk memberikan para pemimpin politik Muslim yang berkepentingan. Setelah mereka (para pemimpin Muslim) membantunya menghancurkan Komunis, dan itu mengarah pada beberapa krisis besar." Bahkan pada 1970-an, Soeharto membuat undang-undang bagi organisasi masyarakat, tak terkecuali Islam, harus sesuai dengan paham Pancasila.

Buku Young Soeharto: The Making of a Soldier, 1921-1945 yang dipublikasikan tahun ini menjadi pelengkap catatan biografi yang dibuat Jenkins. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat buku ini, dia mengaku, membutuhkan waktu yang sangat lama, karena pengumpulan data dan catatannya yang sangat luas untuk mengetahui siapa saja yang dekat dengan Soeharto.

Selain itu, ia juga pernah dilarang berkunjung ke Indonesia dari 1984 hingga 1994, karena buku biografi Soeharto yang pernah ditulisnya, Suharto and His Generals Indonesian Military Politics 1975 - 1983. Buku itu juga sempat dilarang terbit dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh pemerintah Orde Baru.

Baca Juga: Bagaimana Peristiwa Masa Lalu Secara Tak Langsung Memicu Terorisme?