"Untuk mengobati kekecewaan, serta guna usaha memperlihatkan keberadaan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka di tingkat internasional, akhirnya PORI mengadakan ajang olahraga dalam negeri bertaraf nasional, yakni PON," tulis Ester Rina.
Rina merupakan salah satu mahasiswa Universitas Indonesia, menu liskan kisah tentang awal mula PON 1948, dalam tulisannya berjudul Pekan Olahraga Nasional Pertama 1948 di Solo Dinamika Keolahragaan di Indonesia Pada Masa Revolusi pada 2007.
PON I terselenggara pada 9–12 September 1948 yang berlangsung di Kota Solo. "Kota Solo dipilih untuk penyelenggaraan PON pertama dikarenakan sudah memiliki fasilitas lengkap untuk ajang olahraga" tulisnya. Stadion Raden Maladi (sekarang menjadi Stadion Sriwedari) yang berdiri gagah di tengah Kota Solo, menjadi awal mula diselenggarakannya PON 1948.
Agung Nugroho dalam tulisannya berjudul Dasar Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur (Dp3a) Solo Racquet Sports Center pada 2012, menjelaskan bahwa Stadion Maladi waktu itu adalah stadion dengan kesiapan optimal untuk penyelenggaraan event besar.
"Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik, serta adanya lampu sorot di setiap sudut ini, akhirnya selesai pada tahun 1933, atas inisiasi dari Sri Sultan Paku Buwana X" tulisnya. Meski dianggap siap secara fasilitas, beberapa kendala juga ditemui dalam penyelenggaraannya.
Baca Juga: Jakarta International Stadium Jadi Wujud Semangat MH Thamrin di Era Modern
Rina juga menegaskan dalam tulisannya bahwa beberapa titik di wilayah Indonesia juga masih terjadi Agresi Militer Belanda yang mengancam kedaulatan dan integrasi bangsa. "Pendanaan dan waktu yang terbatas, menjadi tantangan berat yang dihadapi panitia penyelenggara saat itu" tulisnya.
Meski demikian, penyelenggaraan PON tetap dijalankan. "Semangat kebangsaan melalui ajang olahraga nasional digelorakan di langit-langit Surakarta, ditambah dengan kehadiran presiden pertama, Ir. Soekarno sebagai pembuka acara PON pada 9 September 1948" tulisnya.
Gelaran ini dilaksanakan di tengah Revolusi Nasional Indonesia yang sedang berlangsung. Sekitar 600 atlet bertanding pada 9 cabang olahraga, diantaranya yaitu cabang atletik, bola keranjang, bulutangkis, sepakbola, tenis, renang (polo air), panahan, bola basket, dan pencak silat.
Seluruh tim berlomba untuk memperebutkan sebanyak 108 medali. Pesertanya bukan pada tingkat provinsi melainkan pada tingkat kota dan karesidenan, sebanyak 13 partisipan ikut serta. Juaranya adalah Karesidenan Surakarta dengan total medali sebanyak 36 medali.
Beberapa tim yang berkompetisi dari berbagai daerah di Indonesia, bukan berarti hanya sekadar menunjukan kebolehannya di bidang olahraga, tetapi juga adanya sikap persatuan, yang ditunjukan melalui keikutsertaannya dalam ajang paling bersejarah tersebut. Momentum ini kemudian selalu diperingati setiap 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional.
Baca Juga: Kabar Jane Fonda, Ikon Bugar dengan Spandex Triko dan Penghangat Kaki