9 September 1948, Kota Solo Jadi Saksi Pekan Olahraga Nasional Pertama

By Galih Pranata, Kamis, 9 September 2021 | 19:03 WIB
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, menghadiri acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional I di Stadion Maladi, Solo pada 9 September 1948. (Tropenmuseum)

Nationalgeographic.co.id—Setiap 9 September selalu diperingati sebagai HAORNAS atau Hari Olahraga Nasional. Momentum ini menjadi momen yang bersejarah. Untuk pertama kalinya, Pekan Olahraga Nasional (PON) diselenggarakan pada 1948.

Mulanya, pada awal kemerdekaan dibentuk komite yang dinamakan Persatuan Olahraga Indonesia (PORI—sekarang menjadi KONI) pada 1946. Salah satu tujuan dibentuknya ialah mengusung Indonesia agar maju di bidang olahraga. Oleh karena itu, para atlet Indonesia disiapkan untuk berlaga di kancah internasional dengan mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV London pada 1948.

Adanya kendala teknis, membuat tim merah putih gagal terbang ke London. Nampaknya, PORI belum terdaftar sebagai anggota IOC atau Internasional Olympic Committee. Belum lagi, status Indonesia sebagai negara berdaulat, dianggap belum jelas, karena masih adanya bayang-bayang penjajahan Belanda, yang kembali ke Indonesia pasca merdeka.

Hal tersebut membuat para atlet nasional patah arang karena tak bisa bertanding. Apalagi, saat itu Indonesia tengah butuh pengakuan dunia, olimpiade bertaraf internasional dapat menjadi momentum berharga.

 

 

 

"Untuk mengobati kekecewaan, serta guna usaha memperlihatkan keberadaan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka di tingkat internasional, akhirnya PORI mengadakan ajang olahraga dalam negeri bertaraf nasional, yakni PON," tulis Ester Rina.

Rina merupakan salah satu mahasiswa Universitas Indonesia, menu liskan kisah tentang awal mula PON 1948, dalam tulisannya berjudul Pekan Olahraga Nasional Pertama 1948 di Solo Dinamika Keolahragaan di Indonesia Pada Masa Revolusi pada  2007.

PON I terselenggara pada 9–12 September 1948 yang berlangsung di Kota Solo. "Kota Solo dipilih untuk penyelenggaraan PON pertama dikarenakan sudah memiliki fasilitas lengkap untuk ajang olahraga" tulisnya. Stadion Raden Maladi (sekarang menjadi Stadion Sriwedari) yang berdiri gagah di tengah Kota Solo, menjadi awal mula diselenggarakannya PON 1948.

Agung Nugroho dalam tulisannya berjudul Dasar Program Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur (Dp3a) Solo Racquet Sports Center pada 2012, menjelaskan bahwa Stadion Maladi waktu itu adalah stadion dengan kesiapan optimal untuk penyelenggaraan event besar.

"Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik, serta adanya lampu sorot di setiap sudut ini, akhirnya selesai pada tahun 1933, atas inisiasi dari Sri Sultan Paku Buwana X" tulisnya. Meski dianggap siap secara fasilitas, beberapa kendala juga ditemui dalam penyelenggaraannya.

Baca Juga: Jakarta International Stadium Jadi Wujud Semangat MH Thamrin di Era Modern

Kontingen Karesidenan Sunda Kecil ketika PON III, yang diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara, pada 20 September hingga dengan 27 September 1953. Lokasinya, Stadion Teladan. (Wikimedia)

Rina juga menegaskan dalam tulisannya bahwa beberapa titik di wilayah Indonesia juga masih terjadi Agresi Militer Belanda yang mengancam kedaulatan dan integrasi bangsa. "Pendanaan dan waktu yang terbatas, menjadi tantangan berat yang dihadapi panitia penyelenggara saat itu" tulisnya. 

Meski demikian, penyelenggaraan PON tetap dijalankan. "Semangat kebangsaan melalui ajang olahraga nasional digelorakan di langit-langit Surakarta, ditambah dengan kehadiran presiden pertama, Ir. Soekarno sebagai pembuka acara PON pada 9 September 1948" tulisnya.

Gelaran ini dilaksanakan di tengah Revolusi Nasional Indonesia yang sedang berlangsung. Sekitar 600 atlet bertanding pada 9 cabang olahraga, diantaranya yaitu cabang atletik, bola keranjang, bulutangkis, sepakbola, tenis, renang (polo air), panahan, bola basket, dan pencak silat.

Seluruh tim berlomba untuk memperebutkan sebanyak 108 medali. Pesertanya bukan pada tingkat provinsi melainkan pada tingkat kota dan karesidenan, sebanyak 13 partisipan ikut serta. Juaranya adalah Karesidenan Surakarta dengan total medali sebanyak 36 medali.

Beberapa tim yang berkompetisi dari berbagai daerah di Indonesia, bukan berarti hanya sekadar menunjukan kebolehannya di bidang olahraga, tetapi juga adanya sikap persatuan, yang ditunjukan melalui keikutsertaannya dalam ajang paling bersejarah tersebut. Momentum ini kemudian selalu diperingati setiap 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional.

Baca Juga: Kabar Jane Fonda, Ikon Bugar dengan Spandex Triko dan Penghangat Kaki