Menelusuri dan Meluruskan Sejarah dari Istilah 'Jancok' di Surabaya

By Galih Pranata, Senin, 20 September 2021 | 19:30 WIB
Pasukan KNIL berfoto di depan Tank Stuart M3 miliki Captain Nix dalam operasinya di Garut pada 1947. (Minesterie van Defensie)

Tulisannya menukil pernyataan dari Edi Samson, salah satu anggota pelestari cagar budaya kota Surabaya. Ia berupaya menjelaskan seluk beluk dari kisah berkembangnya jancok atau dancok yang bermula dan populer di Surabaya.

"Meskipun sebagian dari mereka sudah terbiasa mengucapkan kata ini, mereka tidak tahu persis apa arti kata jancok. Mereka hanya tahu bahwa kata ini memiliki arti sebagai ejekan buruk atau sebaliknya, sebagai sapaan ramah di komunitas mereka" tambah Saroh.

Sebagaimana para pemuda dan orang dewasa di Jawa Timur, mereka sering kali menggunakan kata ini dalam kehidupan sehari-hari. Ia dapat bermakna negatif atau bahkan jadi bahasa ekspresif, dapat digunakan sebagai medium yang mengakrabkan, bagi komunitas mereka.

"Berdasarkan penjelasan Edi, istilah jancok sering diucapkan oleh para remaja Indo (Keturunan Indonesia-Belanda), dan telah menjadi ungkapan populer di sekitar tahun 1930-an" tulis Saroh.

Baca Juga: Jawa Timur, Sarang Tokoh-Tokoh Kebangkitan Nasionalisme Indonesia

Sebuah masjid di Kampung Arab Ampel di Surabaya antara 1906 dan 1930. (G.C.T. van Dorp & Co./KITLV)

Kebanyakan dari mereka, para Indo, sering menggunakan kata yantye-ook dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Yantye-ook dapat bermakna 'kamu juga', sesuatu yang sama sekali tidak mengandung makna negatif.

"Hanya saja dalam beberapa momen, antara Indo dan pribumi, kata ini dipergunakan sebagai bahasa untuk mengolok-olok sesama remaja, terkadang menggabungkannya dengan istilah-istilah bahasa Jawa atau Melayu" ujar Edi dalam tulisan Yam Saroh.

Bermula dari aksi saling cemooh, diduga kata yantye ook kemudian menjadi negatif. "Orang pribumi, khususnya orang Jawa Surabaya, mendengarnya dengan kata Yancook" tegas Edi. Dari hal itu, Edi meyakini jancok kemudian menjadi populer hingga kini.

Saroh tak berhenti disitu, dalam artikelnya ia juga mengungkapkan adanya makna lain yang menggiring opini, membuat istilah jancok menjadi konotasi negatif. "Jancok atau Dancok juga dapat bermakna di-encuk (diperkosa), dari kata encuk (hubungan suami istri tanpa status pernikahan)" tulisnya.

Baca Juga: Cerita Sisi Lain Surabaya: Desa, Kota, dan Sepincuk Semanggi