Menelusuri dan Meluruskan Sejarah dari Istilah 'Jancok' di Surabaya

By Galih Pranata, Senin, 20 September 2021 | 19:30 WIB
Pasukan KNIL berfoto di depan Tank Stuart M3 miliki Captain Nix dalam operasinya di Garut pada 1947. (Minesterie van Defensie)

Nationalgeographic.co.id—Jancok atau dancok adalah istilah bahasa Jawa yang menjadi bagian dari kehidupan komunitas masyarakat Jawa Timur. Umumnya kata ini akan biasa dijumpai atau dibicarakan oleh komunitas orang Jawa khususnya di wilayah Jawa Timur seperti di Surabaya dan Malang.

Menariknya, di beberapa wilayah di luar Jawa Timur, orang akan menganggap jancok sebagai bahasa yang sangat negatif atau cenderung kasar. Seperti halnya di bekas wilayah Vorstenlanden (bekas Keresidenan Yogyakarta dan Surakarta), dianggap saru (tidak sopan atau tidak pantas).

"Mereka sudah biasa mengucapkan kata ini dimanapun dan kapanpun mereka bertemu seseorang di jalan atau di komunitas mereka" tulis Yam Saroh. Ia menulis dalam artikelnya berjudul Discourse Analysis About "Jancok or Dancok" In Discourse (Semantic And Pragmatic), dipublikasikan oleh Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Jombang pada tahun 2010.

Tulisannya menukil pernyataan dari Edi Samson, salah satu anggota pelestari cagar budaya kota Surabaya. Ia berupaya menjelaskan seluk beluk dari kisah berkembangnya jancok atau dancok yang bermula dan populer di Surabaya.

"Meskipun sebagian dari mereka sudah terbiasa mengucapkan kata ini, mereka tidak tahu persis apa arti kata jancok. Mereka hanya tahu bahwa kata ini memiliki arti sebagai ejekan buruk atau sebaliknya, sebagai sapaan ramah di komunitas mereka" tambah Saroh.

Sebagaimana para pemuda dan orang dewasa di Jawa Timur, mereka sering kali menggunakan kata ini dalam kehidupan sehari-hari. Ia dapat bermakna negatif atau bahkan jadi bahasa ekspresif, dapat digunakan sebagai medium yang mengakrabkan, bagi komunitas mereka.

"Berdasarkan penjelasan Edi, istilah jancok sering diucapkan oleh para remaja Indo (Keturunan Indonesia-Belanda), dan telah menjadi ungkapan populer di sekitar tahun 1930-an" tulis Saroh.

Baca Juga: Jawa Timur, Sarang Tokoh-Tokoh Kebangkitan Nasionalisme Indonesia

Sebuah masjid di Kampung Arab Ampel di Surabaya antara 1906 dan 1930. (G.C.T. van Dorp & Co./KITLV)

Kebanyakan dari mereka, para Indo, sering menggunakan kata yantye-ook dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Yantye-ook dapat bermakna 'kamu juga', sesuatu yang sama sekali tidak mengandung makna negatif.

"Hanya saja dalam beberapa momen, antara Indo dan pribumi, kata ini dipergunakan sebagai bahasa untuk mengolok-olok sesama remaja, terkadang menggabungkannya dengan istilah-istilah bahasa Jawa atau Melayu" ujar Edi dalam tulisan Yam Saroh.

Bermula dari aksi saling cemooh, diduga kata yantye ook kemudian menjadi negatif. "Orang pribumi, khususnya orang Jawa Surabaya, mendengarnya dengan kata Yancook" tegas Edi. Dari hal itu, Edi meyakini jancok kemudian menjadi populer hingga kini.

Saroh tak berhenti disitu, dalam artikelnya ia juga mengungkapkan adanya makna lain yang menggiring opini, membuat istilah jancok menjadi konotasi negatif. "Jancok atau Dancok juga dapat bermakna di-encuk (diperkosa), dari kata encuk (hubungan suami istri tanpa status pernikahan)" tulisnya.

Baca Juga: Cerita Sisi Lain Surabaya: Desa, Kota, dan Sepincuk Semanggi

"Sumber kedua dianggap sangat diyakini keabsahannya" tambahnya. Hal tersebut merujuk pengertian yang sesungguhnya bahwa jancok bermakna hubungan suami istri di luar pernikahan.

Kedua sejarah dan asal muasal kata jancok itu menurut Yam Saroh, dapat menjadi acuan darimana kata ini berasal. Pasalnya, terdapat juga beberapa sumber yang menjelaskan asal-usul dari kata jancok secara tidak tepat.

Orang Jawa Timur akan memiliki banyak kata ganti atau sebutan lain dari jancok, yakni jancuk, dancuk, dancok, damput, dampot, diancuk, diamput, diampot, diancok, mbokne ancuk, jangkrik, jambu, jancik, hancurit, hancik, hancuk, hancok. Semuanya bermakna negatif dan mengarah pada umpatan.

Baca Juga: Awal Perjalanan Benteng Kedungcowek Menjadi Pusaka Kota Surabaya

KNIL yang tengah berbaris di seruas jalan Kota Surabaya, 1937. (Foto Studio Fotax, Surabaya/Wikipedie)

Sumber lain menyebut bahwa istilah jancok sebenarnya lahir dari masa perjuangan melawan sekutu di era 1945. Hal itu diyakini lantaran beredarnya foto Tank Belanda bertuliskan Jan-Cox. Hal tersebut merupakan berita yang keliru.

Ministerie van Defensie, website yang berisi dokumentasi dan foto, menggambarkan Tank bertulis Jan-Cox dalam tugasnya di Jakarta dan Jawa Barat. Foto Tank bertuliskan Jan-Cox yang diduga muncul di pertempuran Surabaya, 10 November 1945, sebenarnya diambil di Garut pada Oktober 1947.

Foto itu mengungkap tank bertulis Jan-Cox adalah tank tipe Stuart M3 yang ditunggangi Captain Nix dalam operasinya di Garut. Dapat dikatakan bahwa tank tersebut tak pernah sampai ke Surabaya, apalagi mendorong terciptanya istilah jancok disana.