Riwayat Sewa Tanah Keraton Yogyakarta Penyulut Perang Dipanagara

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 21 September 2021 | 19:30 WIB
Batik Belanda bertema Perang Jawa koleksi Museum Danar Hadi, Surakarta. Perang ini pecah karena salah satunya masalah konflik sewa tanah antara pemerintah Hindia Belanda dan Keraton Yogyakarta yang tidak adil. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Di sisi lain, sejarawan Trinity College Peter Carey dalam laporan National Geographic Indonesia sebelumnya, memaparkan membiarkan pemilik tanah juga memberikan kompensasi batas waktu pengembalian tanah oleh penyewa dari Eropa.

Peraturan ini menimbulkan risiko menguatnya faksi anti-Belanda di tubuh Keraton yang begitu dekat dengan pemerintah kolonial. Melalui buku berjudul Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (185-1855), Carey memaparkan Pangeran Dipanagara memutuskan hubungan dan meninggalkan Keraton sejak Februari 1824.

Singkatnya, sang Pangeran menyiapkan siasat dan mengumpulkan pengikut, untuk melawan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda yang telah mencekik rakyat. Di sisi lain, Patih Danureja IV malah berpihak pada Belanda dan mengerahkan militernya untuk memeranginya.

Pangeran Dipanagara (1785-1855). (KITLV)