Pengukuran tiap malam ini dicatat pada individu selama beberapa tahun, baik pada pria maupun wanita. Malam-malam yang terekam akhirnya mewakili tahapan yang berbeda dari siklus bulan: saat Bulan baru berubah menjadi Bulan purnama (dengan ukuran area yang terlihat dan terang meningkat) yang disebut proses 'waxing', dan juga saat iluminasi berkurang dalam periode setelah Bulan purnama hingga Bulan baru berikutnya yang disebut sebagai proses 'waning'.
Pemikiran berlanjut bahwa peningkatan kecerahan Bulan waxing hingga mencapai puncak optik pada malam Bulan purnama seharusnya harus mempengaruhi tidur manusia secara keseluruhan. Hal ini mengingat orang-orang umumnya cenderung tidur lebih baik dalam kondisi yang lebih gelap.
Beberapa penelitian memang telah membuktikan teori itu. Namun beberapa yang lain gagal untuk menirunya.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur
Dalam penelitian baru ini, hasilnya tampaknya mengkonfirmasi bahwa siklus Bulan memang memiliki pengaruh yang signifikan dan dapat terdeteksi pada tidur manusia. Namun yang menarik, tidak semua orang terpengaruh dengan siklus Bulan tersebut.
"Kami menemukan bahwa para pria yang tidurnya dicatat pada malam hari dalam periode waxing dari siklus Bulan menunjukkan efisiensi tidur yang lebih rendah dan peningkatan waktu bangun setelah onset tidur dibandingkan dengan para pria yang tidurnya diukur pada malam hari pada periode waning," ujar Christian Benedict, ahli saraf dari Uppsala University yang menjadi penulis pertama dalam makalah laporan penelitian ini.
"Sebaliknya, tidur para wanita sebagian besar tetap tidak terpengaruh oleh siklus bulan," tambah Benedict seperti dikutip dari Science Alert.
Baca Juga: Studi: Bangun Tidur Satu Jam Lebih Pagi Bisa Kurangi Risiko Depresi