Penelitian yang dilakukan para arkeolog ini adalah bagian dari TransPergMicro Project, dimana mereka harus menggabungkan arkeologi, penelitian, dan geografi fisik untuk menilai dampak hubungan sejarah manusia dengan lingkungannya yang disebut sebagai 'Antroposen'.
Melansir Ancient Originis, projek ini menemukan semua bukti sejarah pemukiman Pergamon kuno yang dimulai sekitar abad ke-2 SM, tetapi ada juga bukti yang lebih baru seperti dari abad ke-7 Masehi.
Yang menarik, ada banyak benda atau bagian bangunan yang berciri khas Periode Helenistik (sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-1 SM), yang bersamaan dengan periode Kekaisaran Romawi (abad ke-1 SM hingga ke-3 Masehi).
Berarti ada proses penggandaan budaya yang cepat berganti di wilayah perkotaan kuno Pergamon selama akhir abad ke-1 M, bersama dengan konstruksi monumental. Lewat cara ini, para arkeolog dapat memahami hubungan antara kota, pemukiman pedesaan, dan lanskap sekitarnya.
Baca Juga: Penampakan Bangkai Kapal Romawi Berusia 2.000 Tahun di Kroasia
Sehingga, selain amfiteater ini dapat diketahui bagaimana masyarakat di sekitar tempat itu mengeolah sumber daya, produksi dan konsumsinya, memilih gaya hidup dan kesehatan penduduk, dan desain ruang hidup.
Ciri helenistik ini bisa dilihat dari gaya arsitektur amfiteater. Para peneliti berusaha mempertahankan kondisinya—terutama pada dinding—agar tidak runtuh. Sedangkan bangunan yang berciri Romawi yang dapat ditemukan dalam ekskavasi sekitar Pergamon adalah pemandian air panas, yang dinamai "Kleopatra Hamam", yang menggunakan sumber air panas yang terus mengalir hingga tahun 1980-an.
Penelitian ini dipublikasikan sementara lewat laman projek, dan penelitian maupun ekskavasi gabungan Turki-Jerman ini masih berlanjut hingga November. "Kami optimis bahwa kami akan dapat melaporkan di sini tentang penemuan lebih lanjut dan temuan baru dari kampanye Proyek Ekskavasi Pergamon tahun ini!" tulis para arkeolog.
Baca Juga: Bukan Mitos, Arkeolog Telah Menemukan Kuda Troya Asli di Turki