Virus Corona Bisa Berdampak Terhadap Kepekaan Pancaindera Kita

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 1 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Infeksi virus corona bisa menyebabkan gangguan pada panca indera kita. (Thinkstock)

Indera peraba

Laporan penelitian di Annals of Clinical and Translational Neurology yang terbit Mei 2021, mengungkap indera peraba kita bisa berdampak karena infeksi COVID-19. Penyebabnya karena penyakit ini memang terbukti menyebabkan gejala neurologis.

Laporan itu menemukan 60 persne orang mengalami mati rasa dan kesemutan yang terjadi sampai enam hingga sembilan bulan setelah COVID-19 menyerang. Gejala ini bisa terfokus di tangan dan kaki, tetapi dalam kasus lain bisa menyebar ke seluruh tubuh.

"Dalam kebanyakan kasus, [masalah indera peraba ini] membaik seiring waktu," ungkap Igor Koralnik, profesor neurologi di Northwestern Feinberg School of Medicine, yang juga bekerja di Northwestern Memorial Hospital, Chicago, Amerika Serikat.

Kendati demikian, mekanisme pada gejala indera peraba ini kurang ketahui secara baik. Koralnik berasumsi, hal itu disebabkan berhubungan dengan peradangan dan infeksi kecil dengan virus pada saraf. Gejala seperti kesemutan dan masalah indera peraba lainnya bisa diobati dengan obat biasa, seperti gabapentin, obat yang biasa digunakan untuk mencegah kejang dan meredakan nyeri saraf.

Pendengaran

Gangguan pendengaran bisa terjadi akibat infeksi COVID-19, dan bisa berisiko jadi kerusakan permanen. (The Economist)

Baca Juga: Keindahan Ilustrasi Virus Corona Bisa Menjeremuskan Persepsi Kita

Beberapa pasien juga mengalami masalah pendengaran, bahkan tetap terjadi meski sudah sembuh dari COVID-19. Pemulihannya paling cepat beberapa minggu setelah seseorang terkena penyakit.

Penelitian International Journal of Audiology pada Maret 2021 mencari tahu penyebabnya. Makalah itu juga melaporan gangguan pendengaran terjadi pada 8 persen pasien COVID-19, dan 15 persen lainnya mengalami tinnitus atau rasa mendenging di telinga mereka.

Kejadian ini diperkirakan akibat tuba eustachius, bagian yang menghubungkan telinga tengah dengan tenggorokan, terganggu. Sebenarnya disfungsi pada tuba eustachius itu terjadi pada serangan virus lainnya, yang menyebabkan penumpukan cairan di telinga tengah dan meredam bunyi untuk sampai ke gendang telinga.

Tidak menutup kemungkinan bila gangguan pendengaran bisa terjadi permanen, bila virus merusak neuron sensorik telinga bagian dalam atau klokea. Para ahli belum menyimpulkan dengan pasti penyebab gangguan ini.

"Telinga bagian dalam adalah organ yang sangat halus dan sangat rentang terhadap masalah mikrovaskular dan peradangan, jadi saya terkejut [jika] seseorang mengalami gangguan pendengaran atau tinnitus terkait dengan COVID," terang J. Thomas Roland Jr, ketua Department of Otolaryngology-head and Neck Surgery di NYU Langone Health.

Baca Juga: Infeksi Ulang COVID-19 Tertinggi Ada di Antara Penghuni Panti Jompo