Misteri Semesta: Kelangkaan Warna Biru di Kehidupan Alam Liar Kita

By Fikri Muhammad, Jumat, 1 Oktober 2021 | 14:00 WIB
Pada katak panah beracun, warna biru cerah menyiarkan peringatan kepada pemangsa bahwa hewan itu beracun. (LILLIAN KING)

Sedangkan warna biru hewan tidak berasal dari pigmen kimia. Sebaliknya, mereka mengandalkan fisika untuk menciptakan tampilan biru.

Kupu-kupu bersayap biru dalam genus Morpho memiliki struktur nano berlapis yang rumit pada sisik sayapnya yang memanipulasi lapisan cahaya. Sehingga beberapa warna meniadakan satu sama lain dan hanya warna biru yang dipantulkan. 

Efek serupa juga terjadi pada bulu jay biru (Cyanocitta cristata), sisik tang biru (Paracanthurus hepatus) dan cincin berkedip gurita cincin biru berbisa (Hapalochlaena maculosa).

Gurita cincin biru yang sangat berbisa. (GETTY IMAGES)

Nuansa biru pada mamalia bahkan lebih jarang daripada burung, ikan, reptil, dan serangga. 

Beberapa oaus dan lumba-lumba memiliki kulit kebiruan. Juga primata berhidung pesek (Rhinopithecus roxellana) memiliki wajah berkulit biru dan mandrill (Mandrillus sphinx) memiliki wajah biru dan ujung belakang biru. Para peneliti juga menemukan bahwa bulu platipus bersinar dalam nuansa biru dan hijau yang sangat jelas saat terkena sinar UV. 

"Tetapi butuh banyak usaha untuk membuat warna biru ini, dan pertanyaan lainnya menjadi: Apa alasan evolusioner untuk membuat warna biru? Apa insentifnya?" tutur kata Kupferschmidt.

"Hal menarik ketika anda menyelam ke dunia hewan, dapatkan mereka melihat warna biru?" tambahnya. 

Baca Juga: Bukan Biru Ataupun Hitam, Inilah Warna Rata-Rata Alam Semesta