Nationalgeographic.co.id - Pada siang hari, jika kita melihat ke langit, mungkin warna alam semesta adalah biru. Namun ketika malam tiba, kita akan berpikir alam semesta adalah kegelapan yang tiada akhir. Lantas, jika kita mengukur semua cahaya tampak dari semua benda langit bersinar di luar sana, sebenarnya apa warna alam semesta?
Jika warna alam semesta mengacu pada warna yang terlihat pada langit di siang hari, yaitu biru, maka itu salah. Warna biru langit adalah hasil dari hamburan cahaya matahari.
Cahaya biru dan ungu adalah panjang gelombang terpendek. Namun karena cahaya ungu diserap atmosfer, maka cahaya biru lah yang sampai ke mata kita. Dengan demikian, artinya warna biru bukanlah warna alam semesta. Bagaimana dengan hitam?
Baca Juga: Berabad Lamanya Astronom Bingung, Kenapa Langit Malam Terlihat Gelap?
Ivan Baldry, seorang profesor di Liverpool John Moores University Astrophysics Research Institute di Inggris mengatakan bahwa hitam bukanlah warna. "Hitam hanyalah ketiadaan cahaya yang dapat dideteksi. Sebaliknya, warna adalah hasil dari cahaya tampak, yang diciptakan di seluruh alam semesta oleh bintang dan galaksi," katanya kepada Live Science.
Pada tahun 2002, Baldry dan Karl Glazebrook, seorang profesor terkemuka di Pusat Astrofisika dan Superkomputer di Swinburne University of Technology, Australia, ikut memimpin penelitian untuk menentukan warna rata-rata alam semesta. Mereka mengukur cahaya yang datang dari puluhan ribu galaksi dan digabungkan menjadi spektrum tunggal yang mewakili seluruh alam semesta.
Bintang dan galaksi memancarkan gelombang radiasi elektromagnetik, yang dipisahkan ke dalam kelompok yang berbeda berdasarkan panjang gelombang yang dipancarkan. Dari panjang gelombang terpendek ke terpanjang, termasuk di antaranya sinar gamma, sinar-X, sinar ultraviolet, cahaya tampak, radiasi inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.
Baca Juga: Paling Energik, Ledakan Radio Cepat dari Bima Sakti yang Terekam
Cahaya tampak membentuk sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik dalam hal kisaran panjang gelombang. Namun itu adalah satu-satunya bagian yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Apa yang kita anggap sebagai warna sebenarnya hanyalah panjang gelombang yang berbeda dari cahaya tampak. Merah dan jingga memiliki panjang gelombang yang lebih panjang, dan biru dan ungu memiliki panjang gelombang yang lebih pendek.
Baldry mengatakan, spektrum yang terlihat dari sebuah bintang atau galaksi adalah ukuran kecerahan dan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan bintang atau galaksi. Hal itu kemudian dapat digunakan untuk menentukan warna rata-rata bintang atau galaksi.
Source | : | Live Science,The Astrophysical Journal |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR