Kedua Capres Kita Memandang Pengelolaan Lingkungan Indonesia

By , Minggu, 6 Juli 2014 | 16:05 WIB
()

Jokowi mencontohkan, Kalimantan, ada 753 kasus dalam satu provinsi karena tumpang tindih antara tambang dan hutan lindung, antara perkebunan dan hutan lindung. "Kalau tidak diselesaikan, hutan kita mulai digerus untuk kepentingan-kepentingan lain. One map policy selesai, saya menyakini kerusakan hutan bisa diselesaikan."

Tanggapan aktivis lingkungan

Menanggapi debat capres soal isu lingkungan ini, Rida Saleh, aktivis lingkungan mengapresiasi jawaban mengenai kerusakan lingkungan dari Jokowi. "Baik sekali Jokowi menjelaskan."

Sedang Prabowo, katanya, malah blunder karena menyalahkan penduduk sebagai pemicu kerusakan lingkungan. "Ini sangat bertentangan. Manusia disalahkan, padahal yang merusak pola ekspoitasi yang luar biasa, industri besar. Menurut saya sangat fatal sekali," katanya dalam acara nonton bareng debat di sekretariat Walhi di Jakarta.

Namun Rida menilai, kedua calon masih perlu pendalaman mengenai substansi persoalan lingkungan hidup agar tak melihat secara sederhana.

Erpan Faryadi, koordinator International Land Coalition Asia juga berpendapat sama. Menurut dia, penjabaran mengenai lingkungan Jokowi bagus. "Terkonfirmasi kalau kerusakan lingkungan karena pertumbuhan yang menjadi fokus."

"Tentang kerusakan lingkungan, jawaban Prabowo betul-betul salah. Kerusakan lingkungan itu karena keserakahan kapitalisme."

Bagaimana tanggapan Greenpeace debat capres mengenai lingkungan?

Teguh Surya, juru kampanye Hutan Greenpeace Indonesia menilai komitmen Jokiwi-JK untuk memberikan sanksi keras terhadap korporasi perusak hutan perlu diuji terlebih dahulu dalam implementasi penyelesaian tunggakan kasus kebakaran hutan, dan korupsi sumber daya hutan.

Sedang komitmen penyelesaian tumpang tindih perizinan di kawasan hutan, katanya, seharusnya diawali dengan memperkuat dan memperpanjang kebijakan morarium yang akan berakhir Mei 2015, termasuk review perizinan saat ini.

Kedua pasang calon, katanya, tidak jelas menyebutkan komitmen melanjutkan penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia. Hingga ada kemungkinan hutan dan gambut tidak mendapat perlindungan di masa depan. "Juga tidak ada kejelasan upaya pecegahan kebakaran hutan mengingat target penurunan emisi Indonesia 2020 adalah menghentikan laju deforetasi, cegah kebakaran dan lindungi gambut total."