Anak Zaman Sekarang Bakal Lebih Sering Menghadapi Bencana Alam

By Utomo Priyambodo, Selasa, 5 Oktober 2021 | 17:20 WIB
Ilustrasi anak dalam kondisi kebanjiran. (Eric Sales/ Asian Development Bank)

Nationalgeographic.co.id—Anak-anak zaman sekarang tampaknya akan menghadapi hidup yang lebih sulit karena kondisi bumi yang makin rusak. Menurut sebuah studi terbaru, anak-anak yang lahir hari ini akan menghadapi peningkatan yang tidak proporsional dalam banjir, gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, dan gagal panen akibat perubahan iklim.

Sebuah analisis baru yang diterbitkan pada akhir September 2021 di jurnal Science ini menunjukkan bahwa di bawah kebijakan iklim saat ini, bayi yang baru lahir di seluruh dunia rata-rata akan menghadapi tujuh kali lebih banyak gelombang panas selama hidup mereka daripada kakek-nenek mereka.

Selain itu, mereka rata-rata akan mengalami kekeringan 2,6 kali lebih banyak, banjir sungai 2,8 kali lipat, gagal panen hampir tiga kali lipat, dan kebakaran hutan dua kali lipat jumlah orang yang lahir 60 tahun lalu.

Studi ini dipimpin oleh Vrije Universiteit Brussel (VUB) dan tim peneliti internasional dari berbagai institusi termasuk Imperial College London dan University of Nottingham. Joeri Rogelj dari Grantham Institute – Climate Change and the Environment di Imperial College London, yang menjadi salah satu penulis dalam studi ini mengatakan bahwa orang-orang dewasa saat ini telah menciptakan malapetaka bagi generasi mendatang.

"Dengan penelitian ini, kami mengungkapkan ketidakadilan mendasar dari perubahan iklim lintas generasi, serta tanggung jawab orang-orang dewasa dan orang tua yang berkuasa saat ini," ujar Rogelj seperti dikutip dari situs resmi Imperial College London.

"Konsekuensi anak-anak yang menderita rangkaian iklim ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya selama hidup mereka sekarang dapat dikaitkan dengan kelambanan orang-orang dewasa saat ini. Namun studi ini juga menunjukkan berapa banyak yang bisa diperoleh dengan pengurangan emisi yang ambisius."

Baca Juga: Pohon Terbesar di Dunia Kini Dibungkus dengan Selimut Khusus

Dalam studi ini tim menghitung paparan seumur hidup bagi manusia di abad 20 dan 21 terhadap kekeringan, gelombang panas, gagal panen, banjir sungai, topan tropis, dan kebakaran hutan. Mereka menghitung paparan seumur hidup untuk setiap generasi yang lahir antara tahun 1960 dan 2020, untuk setiap negara di dunia, dan untuk setiap skenario pemanasan global antara 1 derajat dan 3,5 derajat Celsius saat ini di atas suhu pra-industri.

Tim juga membandingkan peningkatan paparan peristiwa ekstrem dari kelompok-kelompok populasi yang hidup saat ini dengan referensi orang-orang yang akan hidup di bawah kondisi iklim pra-industri pada akhir abad ke-19.

Hasilnya menunjukkan bahwa untuk skenario kondisi pemanasan global atau peningkatan suhu 3 derajat Celsius, seorang anak berusia enam tahun pada tahun 2020 akan mengalami dua kali lebih banyak kebakaran hutan dan siklon tropis, tiga kali lebih banyak banjir sungai, empat kali lebih banyak gagal panen, lima kali lebih banyak kekeringan, dan 36 kali lipat kali lebih banyak gelombang panas. Di bawah skenario pemanasan 3,5 derajat Celsius, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan mengalami gelombang panas 44 kali lebih banyak.

Baca Juga: PBB Mau Semprot Bahan Kimia ke Atmosfer untuk Kurangi Suhu Global

 

 

Bahkan orang-orang yang lahir setelah tahun 1980, dengan pemanasan yang kini 1,5 derajat Celsius lebih besar daripada kondisi iklim pra-industri, ternyata juga tercatat bakal lebih sering mengalami paparan gelombang panas, gagal panen, kekeringan, dan banjir sungai dalam seumur hidup mereka. Profesor Wim Thiery dari VUB yang menjadi penulis utama dalam studi ini mengatakan bahwa efek pemanasan global adalah sesuatu yang perlu disikapi serius bahkan jikapun perubahan suhu yang terjadi masih sesuai target Perjanjian Paris.

"Ini pada dasarnya berarti bahwa orang-orang yang lebih muda dari 40 tahun hari ini akan menjalani kehidupan yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan di bawah skenario mitigasi perubahan iklim yang paling ketat. Hasil kami menyoroti ancaman berat terhadap keselamatan generasi muda dan menyerukan pengurangan emisi drastis untuk menjaga masa depan mereka."

Dampak perubahan iklim bisa bersifat sangat regional. Itu artinya anak-anak yang tumbuh di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak bakal menghadapi peningkatan lebih dari lima kali lipat dalam keseluruhan paparan peristiwa ekstrem seumur hidup mereka.

Baca Juga: Tanda-Tanda Runtuhnya Arus Teluk Terlihat, Bencana Global Akan Datang

 

Sementara 53 juta anak yang lahir di Eropa dan Asia Tengah sejak 2016 akan mengalami sekitar empat kali lebih banyak peristiwa ekstrem berdasarkan Perjanjian Paris saat ini. Adapun 172 juta anak dengan usia yang sama di Afrika sub-Sahara bakal menghadapi peningkatan hampir enam kali lipat dalam paparan peristiwa ekstrem dan bahkan 50 kali lebih banyak gelombang panas dalam seumur hidup mereka.

Gerakan Fridays for Future yang dipimpin oleh para pemuda dunia telah secara drastis meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi perubahan iklim bagi generasi mendatang. Di samping pemogokan sekolah dan pawai protes, kaum muda sekarang juga menuntut pemerintah mereka karena melanggar hak-hak dasar mereka yang diatur oleh Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR).

Simon Gosling, Profesor Risiko Iklim di University of Nottingham, yang juga menjadi penulis dalam studi ini, mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan dengan sangat jelas tanggung jawab yang dimiliki generasi saat ini untuk generasi mendatang dalam hal perubahan iklim.

Baca Juga: Pemanasan Global: Sebagian Wilayah Asia Akan Sepanas Gurun Sahara

"Kita sudah melihat peristiwa-peristiwa ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim akibat ulah manusia di seluruh dunia, seperti gelombang panas, banjir, dan kebakaran hutan," ujarnya.

"Kami menunjukkan bahwa anak-anak akan lebih terpengaruh oleh peristiwa semacam itu sepanjang hidup mereka dibandingkan dengan orang-orang yang lebih tua sekarang. Kita harus berbelok tajam jika ingin membatasi dampak antargenerasi dari perubahan iklim. Dalam hal ini, penetapan target pengurangan emisi gas rumah kaca yang lebih ambisius pada konferensi iklim PBB di Glasgow pada bulan November tahun ini akan menjadi sangat penting."