Paparan Layar Gawai Meningkatkan Risiko Rabun Jauh Pada Remaja

By Ricky Jenihansen, Selasa, 12 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Separuh populasi global diperkirakan akan mengalami miopia pada tahun 2050. (Shutterstock)

Para peneliti juga mengkategorikan studi tersebut. Studi kategori satu menyelidiki penggunaan perangkat pintar secara independen, studi kategori dua menyelidiki penggunaan perangkat pintar dalam kombinasi dengan penggunaan komputer dan studi kategori tiga menyelidiki penggunaan perangkat pintar dengan tugas penglihatan dekat lainnya yang tidak berbasis layar.

Setelah menganalisis dan menggabungkan studi yang tersedia secara statistik, penulis mengungkapkan bahwa waktu layar perangkat pintar tingkat tinggi, seperti melihat ponsel, dikaitkan dengan risiko miopia sekitar 30 persen lebih tinggi. Dan jika dikombinasikan dengan penggunaan komputer yang berlebihan, risiko tersebut meningkat menjadi sekitar 80 persen.

Penelitian ini dilakukan ketika jutaan anak di seluruh dunia telah menghabiskan banyak waktu menggunakan metode pembelajaran jarak jauh setelah penutupan sekolah karena pandemi COVID-19. Jutaan anak di seluruh dunia menjalani pembelajaran daring dan harus menatap layar ponsel atau komputer mereka beberapa jam setiap harinya.

Baca Juga: Dampak Tak Langsung Pagebluk, Rabun Jauh Intai Kesehatan Mata Anak

Paparan layar gawai meningkatkan risiko miopia. (Pinterest)

Salah satu peneliti, Profesor Bourne, Profesor Oftalmologi di Vision and Eye Research Institute di Anglia Ruskin University (ARU) dalam rilisnya mengatakan, bahwa sekitar setengah dari populasi global diperkirakan menderita miopia pada tahun 2050.

"Ini adalah masalah kesehatan yang meningkat dengan cepat. Studi kami adalah yang paling komprehensif tentang masalah ini dan menunjukkan hubungan potensial antara waktu layar dan miopia pada remaja," kata Bourne.

Seperti diketahui, penelitian yang dipimpin oleh Brien Holden dari Brien Holden Vision Institute di Sydney sebelumnya telah memprediksi bahwa pada tahun 2050, sekitar 4,8 miliar orang atau separuh dari populasi dunia akan menderita rabuh jauh atau miopia. Selain itu, satu dari 10 orang diperkirakan berada dalam risiko kebutaan.

Baca Juga: Studi: Penggunaan Smartphone Sebabkan Perubahan Pada Struktur Otak

Pandemi mengubah gaya hidup, karena banyak pelajar harus belajar daring. (Shutterstock)

Studi tersebut diperoleh dari 145 penelitian yang melibatkan 2,1 juta peserta. Para peneliti menyoroti terus meningkatnya waktu layar dan penggunaan berlebihan perangkat elektronik seperti komputer atau ponsel pintar. Terutama di negara-negara seperti Korea, Taiwan dan Cina yang memiliki sistem pendidikan dengan tekanan tinggi pada usia dini.

Penelitian itu juga menyarankan anak-anak untuk tidak menggunakan gawai berlebihan, pergi ke luar ruangan dan menghabiskan waktu paling tidak sekitar 2 jam. Tidak hanya itu, anak-anak juga diharapkan untuk mendapatkan pemeriksaan mata secara ruti.

Sekarang, penelitian dilakukan pada anak-anak ketika terjadi perubahan gaya hidup di seluruh dunia akibat dari pandemi. Penutupan sekolah, menurut peneliti telah membuat diperlukannya penelitian mendesak untuk lebih memahami bagaimana paparan perangkat digital dapat mempengaruhi mata dan penglihatan kita.

"Kami juga tahu bahwa (banyak) orang-orang meremehkan waktu layar mereka sendiri, jadi penelitian di masa depan harus menggunakan ukuran objektif untuk menangkap informasi ini," kata Bourne.