Gunung Terlalu Ramai, Bagaimana Caranya Mendaki dengan Tenang?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 17 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Lokasi pendakian dan destinasi wisata kerap ramai, dan rentan merusak lingkungan. Bagaimana caranya berpergian dengan tenang sambil menghargai alam? (Freepik)

Misal, jika Anda hendak mendaki di areal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pahami bahwa akhir pekan adalah waktu yang ramai.

Atau, pilihlah musim dimana destinasi tersebut sepi pengunjung. Berhubung Indonesia memiliki banyak tanggal libur dan hari cuti bersama, jika Anda menginginkan saat sepi, pilihlah waktu di luar tanggal itu.

Pelajari juga lokasi yang hendak Anda kunjungi, terkait COVID-19, apakah ada syarat yang diperlukan seperti menginstal aplikasi PeduliLindungi, menunjukkan surat tes usap, vaksinasi, reservasi, atau memiliki sistem masuk yang detail. 

"Semakin banyak yang Anda ketahui sebelum meninggalkan rumah, semakin baik pengalaman yang Anda miliki dan semakin mudah perjalanan Anda terhadap lingkungan," tambahnya, dikutip dari PopScience.

Baca Juga: Ingin Mendaki Gunung? Berikut 7 Hal yang Perlu Kita Persiapkan

2. Berpelesiran dan berkemahlah di permukaan yang tahan lama.

Ketika tiba, bersikaplah fleksibel dan pilih jalur dan area di sekitar yang tidak menjadi daftar 'terbaik' dalam promosi wisata. Biasanya tempat yang disarankan ini memiliki peminat pengunjung yang banyak.

Untuk berjaga-jaga, tanyakan pada penjaga hutan atau pada simaksi tentang rekomendasi jalur yang kurang populer, atau permata tersembunyi.

Berkemahlah di tempat yang jarang keramaian. Hindari pula untuk merusak rumput agar tidak memicu erosi. (Citra Anastasia)

Ketika hendak berkemah, jangan dirikan tenda atau menginjak kawasan berumput. Tindakan ini menghargai lingkungan dan menghindari erosi pada tanah, ketika tanamannya tidak berfungsi sebagai penyanggah.

Hargai juga orang lain saat mendaki, berpelesiran, dan berkemah. Buat tempat yang Anda singgahi tetap asri demi orang lain yang ingin menyaksikannya. Selain itu cobalah jika berpapasan orang lain untuk beramah-tamah, karena mungkin saja orang lain bisa menolong Anda saat darurat.

3. Patuhi moto pendaki

Pertama, jangan ambil sesuatu kecuali gambar. Maksudnya, para pendaki jangan membawa pulang apapun, seperti bunga yang cantik—biasanya edelweiss (Anaphalis javanica) adalah yang sering diambil saat mendaki, ranting kayu, rumput dan dedaunan, atau lainnya yang memang sudah ada secara alami di gunung.

Jika ingin mengabadikan, berswafotolah tanpa harus merusak lingkungan alami dan hindarilah spot foto berbahaya.

Kemudian, jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak. Bawalah sampah Anda turun sampai menemukan tempat sampah dengan ransel, dan usahakan tempat berkemah atau yang dilalui bersih dari aktivitas Anda. Tidak lupa, minimalkan dampak api unggun saat berkemah, karena bisa meninggalkan jejak berupa abu, tanah yang gosong, atau risiko kebakaran rumput.

Terakhir, jangan bunuh sesuatu selain waktu. Karena gunung berada di hutan dan hampir semuanya berada di taman nasional, ada banyak hewan dan tanaman yang dilindungi. Hindari memburu hewan dan merusak tanaman demi menjaga kelestarian alam. Bila hewan tersebut menyerang Anda, pahami bagaimana cara melindungi diri tanpa harus membunuh hewan.