Indeks Massa Tubuh, Pengukuran Ideal Tubuh yang Tak Lagi Relevan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 23 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Obesitas tidak bisa diukur secara jelas lewat BMI, karena mengandalkan tinggi dan berat badan. (Staras/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Pernahkah Anda melihat tubuh para binaragawan yang sangat mencolok dengan otot-otot mereka? Tubuh binaragawan memiliki lemak yang lebih sedikit karena berolahraga, tetapi ketika diukur dengan indeks massa tubuh (BMI), mereka bisa berada di titik 'obesitas' atau 'kelebihan beban'.

Kemudian bila kita menua, tubuh juga akan menjadi lebih berlemak seiring bertambahnya usia. Otot tanpa lemak yang biasa menyangga tubuh kita perlahan-lahan terdegredasi, dan beberapa di antaranya pun digantikan oleh lemak yang kita makan.

Di titik inilah, BMI juga menganggap tubuh Anda mungkin ideal, padahal tidak. Indeks ini tidak pernah mengatakan Anda 'gemuk' karena memang tidak bisa mengukur lemak dalam tubuh.

Baca Juga: Cara Sains Terbaru Melindungi Kesuburan Anak Lelaki Obesitas

BMI banyak dianggap dapat menentukan berapa banyak lemak tubuh seseorang. Sayangnya, perhitungannya meleset karena cara pengukurannya mengandalkan tinggi dan berat badan saja. Padahal BMI digunakan dalam standar hitungan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, hingga WHO.

Sebuah studi tahun 2008 di International Journal of Obesity menemukan bahwa delapan persen pria, dan tujuh persen wanita salah memahami obesitas tubuhnya, meski kandungan lemak tubuhnya normal. Penelitian berjudul BMI-related errors in the measurement of obesity itu juga mengungkap 41 persen pria dan 32 persen wanita dilaporkan tidak obesitas lewat BMI, padahal sebenarnya obesitas.

"Setiap perhitungan rasio risiko, perbedaan risiko atau proporsi yang dapat diatribusikan akan mencerminkan kesalahan yang melekat pada BMI sebagai ukuran obesitas dan berpotensi menjadi bias," tulis K.J Rothman dari RTI Health Solutions, Research Triangle Park, penulis makalah itu.

Baca Juga: Ternyata, Aktivitas Pekerjaan Pengaruhi Daya Tahan Leher Kita

Kesalahan pemahaman obesitas juga dapat menyebabkan kesalahan pelaporan terkait penyakit mengerikan yang diderita, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Di jurnal yang sama dengan makalah yang berbeda Juni lalu, obesitas bahkan berisiko menyebabkan kematian bila terpapar COVID-19.

Sementara bias BMI di jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2015 memaparkan bahwa pria dengan BMI normal tapi 'obesitas menengah' atau lemaknya terkonsentrasi di bagian tengah tubuh, memiliki risiko kematian dua kali lipat dibandingkan dengan pria yang obesitas dalam indeks.

Meski makalah yang berjudul Normal-Weight Central Obesity: Implications for Total and Cardiovascular Mortality, menemukan BMI tidak tepat, masih belum jelas mengapa lemak bisa terkonsentrasi pada bagian tubuh tertentu, terutama perut.

Baca Juga: Makan Berlebihan Bukanlah Penyebab Utama Obesitas, Kata Studi Terbaru

Mengapa BMI masih dipakai, itu karena kemudahan akses dan murah. Bahkan beberapa tahun lalu sejumlah media kesehatan di Indonesia, sempat menawarkan tes BMI gratis di lamannya. Anda juga dapat mencari dengan mudah di internet pada situs-situs kesehatan lainnya.

Ada cara lain untuk mengetahui seberapa sehat diri Anda dengan kadar lemak di tubuh.

Menghitung ketebalan lipatan kulit

Pengukuran lemak tubuh dengan alat yang menjepit perut. (Deposit Photos)

Cara ini begitu mudah, hanya menggunakan alat tes lipatan kulit yang mencubit bagian tubuh yang memiliki lemak. Cubitan itu bisa menentukan berapa banyak lemak yang ada di antara otot.

Pengukuran ini membutuhkan pelatihan yang signifikan agar dapat dilakukan dengan benar, dan tentu harus dilakukan petugas kesehatan.Metode ini lebih akurat daripada BMI karena memiliki pengukuran pada alat yang mencubit tubuh.

Menghitung lingkar pinggang

Metode mudah lainnya adalah dengan mengukur lingkar tubuh Anda, bukan ukuran persentase lemak tubuh secara keseluruhan. Cara ini efektif untuk mengetahui masalah kesehatan yang berkaitan dengan obesitas. 

Lingkar pinggang atau pinggul bisa dikur karena lemak lebih banyak bertumpuk di bagian tengah tubuh. Biasanya lebih rentan penyakit daripada lemak yang terkonsentrasi di tangan atau kaki, meski belum diketahui mengapa bisa demikian.

Baca Juga: Pestisida Bertanggung Jawab Terhadap Epidemi Obesitas Global

Pemindaian DEXA scan

DEXA adalah singkatan untuk Dual-Energi X-ray Absorptiometry, yang bekerja dengan memindai tubuh kita untuk mengetahui bagian mana dari tubuh kita yang padat lemak atau padat otot. Karena menggunakan sinar X, sinar memantul dari dari tulang, lemak, dan otot dengan radiasi yang berbeda.

Walau hasilnya cepat dan sangat akurat, harganya juga sangat mahal. Beberapa rumah sakit menawarkan harga pemindaian DEXA mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Bod Pod

Alat khusus ini menghitung volume tubuh Anda dengan prinsip kimia dasar. Caranya Anda harus masuk ke dalam wadah besar tersebut, duduk, dan meminta Anda untuk bernapas dengan normal.

Perpindahan udara dan air dapat menghitung kepadatan tubuh kita, ketika dokter mengamati embusan dan tarikan napas kita. Kepadatan itu menghasilkan volume untuk selanjutnya menentukan persentase lemak tubuh.

Alat ini mudah dan lebih otomatis, tetapi harganya yang masih mahal dan masih sangat langka di Indonesia. Penggunaannya juga memerlukan dokter yang sudah terlatih.

Baca Juga: Studi: Konsumsi Produk Olahan Susu, Turunkan Risiko Penyakit Jantung