Lima Hewan Aneh yang Kemungkinan Besar Belum Pernah Orang-Orang Dengar

By Utomo Priyambodo, Kamis, 21 Oktober 2021 | 11:00 WIB
Kapibara, hewan pengerat yang dulu dikasifikasikan sebagai ikan karena suka hidup di air. (Museum of Veterinary Anatomy FMVZ USP / Wagner Souza e Silva)

Nationalgeographic.co.id—Menurut perkiraan para ilmuwan, ada hampir 9 juta spesies hewan di bumi ini. Namun masih ada 86 persen hewan darat dan 91 persen hewan laut yang belum teridentifikasi. Menurut mereka, dibutuhkan 1.200 tahun yang mencengangkan dan kerja lebih dari 300.000 ahli taksonomi untuk menggambarkan spesies-spesies tersisa yang belum dikategorikan itu.

Sayangnya, banyak hewan akan punah sebelum dapat diidentifikasi. Bahkan di antara hewan-hewan yang telah dikenal, ada banyak spesies yang belum pernah didengar banyak orang.

Berikut ini adalah lima hewan yang kemungkinan besar belum kamu kenali, tetapi patut untuk Anda ketahui.

1. Kelinci Amami

Amami adalah sejenis kelinci langka yang hanya dapat ditemukan di dua pulau kecil, yang merupakan bagian dari Kepulauan Amami di Jepang Selatan. Kelinci nokturnal atau beraktivitas di malam hari ini memiliki berat antara 1,8 sampai 2,7 kilogram.

Dikutip dari Discover Magazine, amami adalah hewan primitif dan terkait dengan kelinci purba yang dulu hidup di daratan. Itulah sebabnya amami sering disebut sebagai fosil hidup.

Baca Juga: Tidak Seperti di Eropa, Mengapa Kelinci Benua Amerika Tidak Dijinakan?

Amami, kelinci dari Jepang yang kerap disebut sebagai fosil hidup. (Momotarou2012/Wikimedia Commons)

Jumlah amami semakin berkurang karena mereka adalah mangsa hewan lain, terutama spesies luwak yang invasif, yang dibawa ke pulau-pulau tempat mereka hidup untuk memakan ular berbisa, tetapi malam memangsa kelinci-kelinci lucu itu.

Jumlah populasi amami kini hanya tersisa beberapa ribu sehingga membuat mereka terancam punah. Tidak seperti kelinci lainnya, amami hanya berkembang biak dua kali setahun dan melahirkan hanya satu atau dua anak.

2. Bongo

Bongo adalah hewan yang merupakan bagian dari keluarga antelop. Bongo dataran rendah dan gunung Afrika ini memiliki tanduk dan mantel kemerahan dengan garis-garis vertikal kuning atau putih, yang berfungsi untuk menyembunyikan mereka dari para pemangsa.

Hewan ini umumnya non-teritorial dan mudah ketakutan. Saat ketakutan, pelari cepat ini mencari tempat yang lebih aman dan berdiri membelakangi bahaya. Tanda mereka membuat mereka kurang terlihat dari belakang, dan posisi ini juga memberikan keuntungan bagi bongo untuk dapat melarikan diri dengan lebih mudah.

Baca Juga: Rusa Ekor Putih Amerika Ditemukan Memiliki Antibodi Virus Corona

Bongo, jenis antelop yang langka. (Pixabay)

Bongo adalah hewan yang penyendiri. Bongo jantan hanya berinteraksi dengan bongo lain untuk kawin, sedangkan bongo betina hidup dalam kelompok kecil.

Meskipun mereka aktif di malam hari, dan karena itu jarang terlihat, anjing-anjing pemburu sangat jago dalam menemukan bongo sehingga antelop langka ini sering diburu untuk diambil dagingnya dan sebagai piala.

Hanya ada sekitar 100 bongo gunung yang tersisa di alam liar sehingga mereka termasuk hewan yang terancam punah. Sebenarnya ada lebih banyak bongo yang hidup di dataran rendah, tetapi jumlahnya masih kurang dari 28.000 ekor. Oleh IUCN, mereka diklasifikasikan sebagai hewan yang "hampir terancam".

3. Kapibara

Gagasan tentang hewan pengerat yang punya berat lebih dari 100 pon atau 45 kilogram mungkin terdengar seperti sesuatu yang keluar dari film horor. Tapi hewan besar dari anggota ordo Rodentia yang satu ini adalah sesuatu yang nyata.

Kapibara adalah hewan pengerat terbesar di dunia. Tidak seperti tikus pada umumnya.

Makhluk raksasa namun lembut ini sangat ramah, manis, dan penyayang di sekitar sesama kapibara dan hewan lainnya. Baik saat di alam liar atau saat mereka dipelihara sebagai hewan peliharaan.

Berasal dari Amerika Selatan, kapibara adalah herbivora semi-akuatik. Mereka hidup dalam kelompok keluarga yang terdiri dari sekitar 10 individa.

Baca Juga: Invasi Tikus Mengambil Alih Pulau di Polinesia, Pelestari Bersiasat

Kapibara, hewan pengerat terbesar di dunia. (Pxfuel)

Beberapa ratus tahun yang lalu, Gereja Katolik mengklasifikasikan kapibara sebagai ikan (sebenarnya kapibara adalah mamalia), karena mereka hidup di air dan memiliki kaki berselaput. Motivasi untuk klasifikasi ini adalah agar mereka bisa dimakan selama Prapaskah.

Kapibara telah beradaptasi untuk tinggal di dekat manusia, dan bahkan hidup berdampingan dengan orang-orang di lingkungan perumahan. Sayangnya, hewan damai ini juga diburu oleh sebagian manusia untuk diambil dagingnya. Selain itu, kapibara muda sering menjadi mangsa beberapa predator lain seperti ular dan buaya.

4. Trenggiling

Kebanyakan orang belum pernah mendengar atau melihat trenggiling sebelum COVID-19. Hewan ini telah di Asia dan Afrika, tapi seluruh dunia kemudian menjadi akrab dengan mamalia ini ketika disebut-sebut sebagai kemungkinan sumber penularan COVID dari hewan ke manusia.

Meskipun trenggiling terlihat mirip dengan anteater atau armadillo, satu-satunya mamalia bersisik di dunia ini sebenarnya lebih dekat hubungannya dengan beruang, kucing, dan anjing.

Baca Juga: Peneliti: Trenggiling Mungkin Berperan dalam Penyebaran Virus Corona

Trenggiling. ()

Sebagai bagian penting dari ekosistem, trenggiling unggul dalam pengendalian hama dengan memberi makan hingga 70 juta serangga setiap tahun. Ironisnya, meskipun trenggiling tidak dikenal secara luas, trenggiling adalah hewan yang paling banyak diburu dan diperdagangkan di dunia, dengan hingga 200.000 trenggiling dimakan setiap tahunnya.

Di antara sekolah-sekolah pengobatan tradisional tertentu, terutama di Tiongkok, telah lama dipercaya bahwa konsumsi daging dan sisik trenggiling memberikan manfaat pengobatan dan seksual. Dalam upaya untuk mengurangi perdagangan, Pemerintah Tiongkok telah menghapus sisik trenggiling dari daftar pengobatan tradisional di Farmakope Pengobatan China.

Trenggiling telah ada selama 80 juta tahun dan sekarang dalam bahaya kepunahan.

5. Cumi-cumi Raksasa

Kita semua tentu pernah mendengar tentang gurita dan cumi-cumi. Namun banyak orang tidak tahu tentang cumi-cumi raksasa. Dengan mata sebesar piring makan, hewan raksasa ini hidup di kedalaman laut lebih dari 91 meter di Atlantik Utara dan Pasifik Utara.

Cephalopoda terbesar yang berasal dari 500 juta tahun yang lalu ini dapat tumbuh mencapai 9,1 meter dalam waktu singkat. Cumi-cumi raksasa terbesar yang kita ketahui memiliki panjang hampir 13 meter dan beratnya hampir satu ton.

Baca Juga: Begitu Mengharukan, Cumi-cumi Jantan Memilih Sarang untuk Pasangan

Cumi-cumi raksasa yang ditemukan di pesisir pantai Selandia Baru. (Daniel Aplin via Live Science)

Dengan umur hanya mencapai 5 tahun, kemampuan cumi-cumi raksasa untuk tumbuh pada tingkat yang mengesankan menunjukkan persediaan makanan yang cukup dan kurangnya predator yang mengancam mereka. Sampai sekitar sepuluh tahun yang lalu, pengetahuan kita terkait spesies ini dicapat dari cumi-cumi raksasa yang mati mengambang yang ditemukan oleh nelayan.

Kemudian pada tahun 2012, para ilmuwan Jepang yang bekerja dengan saluran Discovery memfilmkan cumi-cumi raksasa hidup di lingkungan alaminya untuk pertama kalinya. Mengenai bagaimana mereka berkembang biak, para ilmuwan telah mengembangkan teori tentang kebiasaan kawin cumi-cumi raksasa, tetapi tidak sepenuhnya yakin. Namun, diyakini bahwa cumi-cumi raksasa kawin hanya sekali dalam hidupnya.

Baca Juga: Bahan Pakaian dari Tentakel Cumi Dapat Mengurangi Polusi Plastik