Nationalgeographic.co.id—Cumi-cumi pada umumnya tidak dianggap sebagai induk yang penyanyang—terutama sang jantan. Begitulah, ayah cumi cenderung hanya menikmati perkawinan kemudian pergi dengan cepat. Namun, para ilmuwan terkejut menemukan apa yang bisa menjadi bukti baru. Mereka justru menyaksikan betapa penyayangnya ayah cumi pada cumi-cumi kecil yang ditemukan di terumbu karang.
Pejantan dari spesies cumi karang sirip besar (Sepioteuthis lessoniana) ini secara agresif bersaing untuk mendapatkan betina. Begitu pejantan yang lebih dominan kawin dengan betina, dia biasanya akan tetap dekat untuk mencegah pejantan lain kawin dengan betinanya. Ketika betina siap untuk bertelur, pejantan akan mencari celah karang yang terlindung dari arus dan predator. Tempat ini juga akan digunakan oleh betina untuk bertelur beberapa kali. Jantan akan terus menjaganya untuk waktu yang singkat setelah dia selesai bertelur. Setelah itu pejantan kemudian pergi, mungkin untuk mencari betina lain untuk dikawini.
Namun pada penyelaman baru-baru ini di Laut Merah Mesir, ahli biologi Eduardo Sampaio mengamati sesuatu yang aneh. Pejantan yang telah berpasangan dengan betina akan menakuti lawannya dengan mengayunkan tentakelnya sehingga membuat kulitnya menjadi putih dengan garis-garis hitam. Kemudian ia akan meninggalkan pasangannya sebentar tanpa pengawasan, berenang ke celah yang berpotensi untuk meletakan telur. Kemudian ia kembali kepada betinanya beberapa detik kemudian.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR