Para ilmuwan belum mengamati apa yang sebenarnya terjadi di celah itu. Cumi-cumi pejantan itu mungkin “membersihkan area tersebut, memastikan itu adalah substrat yang baik untuk menempelkan telur, memeriksa tidak ada jantan lain—atau pemangsa—yang bersembunyi di sana, dan [memastikan] itu adalah lokasi yang aman untuk telur,” kata Sampaio.
Semua ini menunjukkan bahwa cumi-cumi karang sirip besar jantan lebih banyak berinvestasi dalam mewariskan gen mereka daripada yang diyakini sebelumnya.
Pada umumnya betina biasanya merawat telur sampai menetas, membersihkannya dengan tangan dan menyediakan oksigen dengan meningkatkan aliran air di sekitar telur. Pejantan tidak memainkan peran apapun dalam hal ini. Pada banyak spesies di Bumi, betina akan mati setelah telur menetas.
Pakar Cephalopoda Fernández-Álvarez, seorang peneliti pascadoktoral di Dewan Riset Irlandia dan Universitas Nasional Irlandia Galway, mengatakan dia sama terkejutnya dengan temuan itu.
"Saya belum pernah melihat perilaku seperti ini pada cumi," kata Fernández-Álvarez, yang tidak terlibat dalam penelitian ini tetapi percaya bahwa temuan itu masuk akal. “Pejantan (dominan) ini biasanya tidak pergi jauh dari betina karena jantan lain bisa kawin dengannya.” lanjutnya.
Baca Juga: Misteri Gumpalan di Norwegia Terungkap, Isinya Ribuan Embrio Cumi-cumi
Penelitian di masa yang akan datang. Studi baru menggarisbawahi pentingnya mempelajari lebih banyak perkawinan cephalopoda di alam liar, kata Fernández-Álvarez. “Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang perilaku spesies ini berasal dari penelitian akuarium,” katanya, dan mungkin lingkungan buatan tersebut terlalu sederhana bagi hewan untuk melakukan penyelidikan lokasi.
Sekarang, Sampaio dan Cheng menghubungi ilmuwan lain untuk mencari tahu apakah cumi-cumi karang sirip besar di tempat lain di dunia mempraktikkan perilaku kawin ini.
“Tantangan terbesar dalam mempelajari spesies yang hidup di wilayah yang begitu luas adalah mendapatkan sampel yang komprehensif dan representatif. Dengan menggabungkan kekuatan dengan ilmuwan lain, kami dapat mengumpulkan waktu dan sumber daya untuk kolaborasi bersama dalam studi global, ”kata Cheng.
Terlepas dari apa yang mereka temukan, tidak diragukan bahwa cumi-cumi ini—dan kemungkinan besar cumi lainnya—memiliki kehidupan kawin yang lebih canggih daripada yang kita bayangkan.
“Semakin banyak kita belajar tentang cumi-cumi,” kata Sampaio, “semakin kita terpesona oleh kompleksitas dan keunikan mereka.” lanjutnya.
Baca Juga: Bahan Pakaian dari Tentakel Cumi Dapat Mengurangi Polusi Plastik
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR