“Kami tidak yakin apa yang ia lakukan. Itu adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya,” kata Sampaio yang merupakan mahasiswa di University of Lisbon di Portugal dan Institut Perilaku Hewan Max Planck di Jerman.
Dia menjelaskan temuan ini kepada Samantha Cheng, ilmuwan keanekaragaman hayati di Museum Sejarah Alam Amerika di New York City. Perempuan itu mengatakan bahwa ia telah mencatat tindakan yang sama di antara cumi-cumi karang sirip besar jantan di Indonesia pada 2013. Meskipun demikian, hal itu belum pernah dijelaskan sebelumnya dalam literatur ilmiah tentang cumi-cumi, gurita, atau cephalopoda lainnya.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ecology, Sampaio dan Cheng merinci perilaku tersebut. Mereka menjelaskan bahwa itu adalah contoh kepedulian ayah—sesuatu yang belum pernah terlihat pada cumi-cumi. “Pencarian lokasi”, di mana seekor jantan menyelidiki sarang potensial sebelum betina bertelur, cukup umum untuk spesies monogami. Akan tetapi, perawatan ayah dalam bentuk apa pun di antara cephalopoda sangat jarang.
Baca Juga: Temuan Menakjubkan: Cumi-cumi Raksasa dan Hiu 'Glow In The Dark'
Sementara para ilmuwan mengatakan mereka belum sepenuhnya memahami fenomena tersebut, penemuan ini dapat mengubah pemahaman sains tentang reproduksi cumi-cumi. Ini menunjukkan bahwa dinamika antara cumi-cumi jantan dan betina “berlipat ganda lebih kompleks dari yang kita duga sebelumnya. Masih banyak yang harus kami pelajari,” kata Sampaio.
Cumi-cumi jantan menginvestasikan gen mereka. Para ilmuwan membandingkan rekaman video Cheng dari Indonesia dengan Sampaio dari Mesir. Mereka dapat menyimpulkan penyelidikan lokasi bertelur itu disengaja, bukan kejadian acak. Mereka juga mencatat bahwa, dalam beberapa kasus, ketika betina dibiarkan tanpa pengawasan, pejantan lain menyelinap masuk dan kawin dengannya.
Akan tetapi, mengapa pejantan meninggalkan pasangannya? Bahkan, ketidakhadiran yang singkat memberi kesempatan pejantan lain untuk kawin dengannya. Membiarkan hal itu mengancam keberhasilan reproduksinya, jadi para peneliti menduga pasti ada alasan yang sangat bagus untuk itu.
Baca Juga: Fosil Cumi-cumi Vampir Langka Ditemukan Kembali Setelah Lama 'Hilang'
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR