'Ditemukannya' Kapal Van der Wijck yang Hilang Selama 85 Tahun

By Utomo Priyambodo, Rabu, 27 Oktober 2021 | 10:00 WIB
Penampakan kapal Van der Wijck. (Buku The Decay of the SS Van der Wijck)

Nationalgeographic.co.id—Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Buya Hamka jelas merupakan cerita fiksi. Namun kejadian tenggelamnya kapal Van der Wijck yang mengilhami Hamka untuk menulis cerita tersebut adalah peristiwa yang benar-benar nyata.

Kisah tenggelamnya kapal Van der Wijk pada tahun 1936 di perairan Lamongan telah menyisakan misteri selama puluhan tahun. Bangkai kapal itu belum ditemukan selama 85 tahun ini!

Kini, ada titik terang mengenai keberadaan kapal yang dijuluki sebagai Titanic-nya Indonesia itu. Tim arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (BPCB Jatim) baru-baru ini mengabarkan telah menemukan sebuah bangkai kapal yang diduga kuat sebagai kapal Van der Wijck.

Mereka meyakini, berdasarkan ciri-cirinya, bangkai kapal tersebut adalah kapal Van der Wijck. Selain itu, bangkai kapal tersebut juga ditemukan di lokasi tenggelamnya kapal Van der Wijck, yakni di Laut Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Wicaksono Dwi Nugroho, salah satu arkeolog dari BPCB Jatim, menjelaskan kepada National Geographic Indonesia bahwa titik lokasi bangkai kapal tersebut sebenarnya telah ditemukan sejak April 2021. Namun, tim baru bisa melihat jelas kondisi bangkai kapal tersebut pada Oktober ini ketika arus di Laut Brondong tenang.

Adapun pada bulan-bulan sebelumnya, termasuk pada April, arus di perairan tersebut cukup kencang sehingga lumpur bawah laut teraduk-aduk. Lumpur dasar laut yang teraduk-aduk ini membuat air sangat keruh sehingga sulit bagi para penyelam dan arkeolog bawah air untuk melihat bangkai kapal tersebut.

Wicak, sapaan Wicaksono, memaparkan bahwa bangkai kapal tersebut ditemukan dalam posisi miring. Bangkai kapal ini melintang di posisi barat daya ke timur laut. Sementara cerobong asapnya yang berdiri di tengah kapal, karena posisi kapal miring, jadi mengarah ke barat laut.

Baca Juga: Berkunjung ke Gombong, Jangan Lupa Mampir ke Benteng Van Der Wijck!

Kapal Van der Wijck hilang tenggelam di Laut Brondong, Lamongan, pada Oktober 1936. (Herri Purnomo/YouTube)

Bagian terbawah kapal tersebut berada di dasar laut, di kedalaman 54-55 meter. "Bagian teratas kapal ada di kedalaman 34-36 meter," kata Wicak. Dari selisih kedalaman ini, dapat diperkirakan secara kasar bahwa lebar bangkai kapal tersebut adalah sekitar 18 meter.

Wicak juga menambahkan bahwa menurut perkiraan sementara berdasarkan hasil survei timnya yang menyelam ke sana, bangkai kapal tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter dan cerobong asap yang menonjol setinggi tiga meter. Dimensi ukuran bangkai kapal ini cukup mirip dengan kapal Van der Wijck.

Sebagai perbandingan, berdasarkan catatan sejarah, kapal Van der Wijck yang dibuat tahun 1921 ini memiliki panjang 97,5 meter, lebar 13,4 meter dan tinggi 8,5 meter. Berat kotornya 2.633 ton, berat bersih 1.512 ton, dan daya angkut 1.801 ton.

Beradasarkan fitur-fiturnya, menurut Wicak, bangkai kapal yang ditemukan ini juga mirip dengan kapal Van der Wick. Bangkai kapal ini memiliki tangga di bagian samping tengah, cerobong asap, dan lubang-lubang tempat penumpang. "Jelas, ini adalah kapal komersil, bukan kapal militer," ujar Wicak.

Baca Juga: Taman Sejarah Bawah Laut Gallipoli, Makam Kapal Perang HMS Majestic

Beberapa kapal militer dari Perang Dunia II juga diketahui pernah tenggelam di perairan Lamongan. Namun kapal militer ini rata-rata memiliki panjang sekitar 30 meter, tidak sebesar bangkai kapal yang baru ditemukan ini. Selain itu, fitur bangkai kapal ini juga tidak seperti kapal militer yang biasanya tidak menyediakan ruangan-ruangan untuk penumpang umum.

Adapun Van der Wijck sendiri adalah kapal milik maskapai pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). kapal ini diluncurkan sebagai kapal penumpang dan kargo yang memiliki dua kelas dan geladak. Kelas pertama memiliki kapasitas hingga 60 orang, kelas dua dapat menampung 34 orang, dan geladak berkapasitas hingga 999 orang.

Selain disebut dalam novel karya Hamka, kapal ini juga terkenal karena pernah ditumpangi Mohammad Hatta ketika hendak dibuang ke Boven Digoel, Papua. Setelah selesai dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam, pada tahun 1921, kapal ini kemudian segera berlayar dari Feyenoord menuju Indonesia pada tahun yang sama.

Baca Juga: Ilmuwan Melihat 'Makhluk Misterius' Raksasa Saat Meneliti Kapal Karam

Lukisan potret Carel Herman Aart van der Wijck (1840-1914), Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berdinas 1893-1899. Seniman Louis Storm van 's-Gravensande melukisnya dengan pose berdiri dengan tangan kanan bertumpu pada peta Hindia. Tampak di kiri atas lambang heraldik keluarga sang gebernur. (Rijksmuseum )

Pada Senin, 19 Oktober 2021 sekitar pukul 21.00 malam, kapal Van der Wijck mengalami kecelakaan dan kemudian tenggelam. Saat itu kapal tersebut baru saja berangkat dari Surabaya menunju Semarang namun tak pernah sampai tujuan. Sebelumnya, kapal tersebut berlayar dari Bali ke Surbaya dan kemudian tercatat membawa muatan 150 ton besi dan 5 buah konsedor dengan masing-masing seberat 3 ton. (Wicak mengatakan bahwa timnya juga melihat sejumlah peti-peti besi di sekitar bangkai kapal yang baru ditemukannya.)

Pelayaran kapal Van der Wicjk yang dianggap sangat mewah pada masanya itu berakhir di Perairan Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di 12 mil dari Pantai Brondong, Lamongan. Pada Kamis, 22 Oktober 1936 surat kabar de Telegraaf mengabarkan bahwa akibat peristiwa tenggelamnya kapal Van der Wijck, ada 58 penumpang yang tewas dan 42 lainnya hilang, sedangkan 153 penumpang lainnya berhasil diselamatkan.

Pada hari Kamis yang sama, surat kabar Australia, The Queenslander, turut memberitakan tenggelamnya Van der Wijck. Koran tersebut menyebut jika kapal sekonyong-konyong miring saat berada di 64 kilometer barat daya Surabaya. Setelah itu hanya butuh enam menit hingga seluruh badan kapal tenggelam.

The Queenslander juga menuliskan soal proses evakuasi yang melibatkan banyak orang, mulai dari sejumlah nelayan setempat, pilot pesawat terbang, hingga kapal Angkatan Laut Belanda. Sebanyak 153 dari 253 orang penumpang berhasil diselamatkan.

Saat kapal Van der Wijck tenggelam, sejumlah warga yang tinggal di pesisir Pantai Brondong juga berperan dalam menyelamatkan banyak penumpang. Sebagai ucapan terimakasih kepada warga dan untuk mengenang tenggelamnya kapal mewah tersebut, Pemrintah Hindia Belanda mendirikan Monuman Van der Wijck.

Monumen Van der Wijck berdiri kokoh di kawasan pantai Brondong dan berbentuk seperti pos pemantau setinggi 15 meter berwarna kuning dan biru. Terdapat dua prasasti di dinding barat dan timur monumen. Prasasti terbuat dari pelat besi bertuliskan dalam bahasa Belanda dan Indonesia.

Baca Juga: Perang Dunia Kedua dan Takdir 'Sophie Rickmers' di Ujung Sumatra

Kapal Van der Wijck adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921. (Herri Purnomo/YouTube)

 

Keberadaan monumen tersebut adalah salah satu hal yang membuat Wicak yakin bahwa kapal Van der Wijck benar-benar tenggelam di Laut Brondong. "Monumen itu kan bukti arkeologis yang nyata," ucap Wicak.

Selain itu, Wicak juga mendapatkan kesaksian dari banyak warga setempat di pantai Brondong yang mendengar kisah tenggelamnya kapal Van der Wijck dari kakek-nenek dan orang tua mereka. Saat ditanyai soal keberadaan monumen Van der Wijck, para orang tua mereka akan selalu bercerita soal kejadian tenggelamnya kapal itu dan banyaknya penumpang yang berhasil diselamatkan oleh orang-orang tua mereka dulu.

Dalam proses pengumpulan data lokasi tenggelamnya kapal Van der Wijck dan survei penyelaman ke dalam air, Wicak juga melibatkan sejumlah nelayan dan penyelam lokal. Beberapa nelayan tua lokal dari Rukun Nelayan Belimbing di Brombong masih ingat betul daerah yang jadi tempat tenggelamnya kapal tersebut. Selain itu, beberapa nelayan dan penyelam juga sempat melihat dan menemui keberadaan bongkahan besar aneh di bawah laut di daerah tersebut.

Baca Juga: Heboh Pelaut Ditemukan Jadi Mumi di 'Kapal Hantu' di Filipina

Kantor Koninklijke Paketvaart Maatschappij di Koningsplein Oost, kini Medan Merdeka Timur. Foto dari album dari seorang prajurit Tentara Kerajaan Belanda dari batalion ketiga resimen kedelapan, A.J. Bos, pada 1940. (KITLV)

Berdasarkan informasi yang terhimpun itulah, tim BPCB Jatim bersama dengan para penyelam lokal kemudian melakukan penyelaman dan pengambilan foto serta video atas bangkai kapal tersebut pada 19-22 Oktober 2021. Hasil foto dan video tersebut belum bisa dipublikasikan karena masih dalam proses pengolahan oleh tim BPCB dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah medapatkan izin dari Dirjen Kebudayaan barulah foto dan video tersebut bisa dipublikasikan untuk publik.

Dalam waktu dekat, hasil foto dan video yang sedang diolah itu akan segera dikomparasikan dengan foto-foto lama kapal Van der Wijck untuk membandingkan dimensi dan fitur-fiturnya. Selain itu, tim juga akan melakukan pemindaian sonar untuk memperkirakan dengan lebih pasti ukuran atau dimensi kapal tersebut.

Wicak berharap ke depannya tim bisa melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil sampel, bahkan melakukan ekskavasi bangkai kapal tersebut. Bukan tidak mungkin, bangkai kapal tersebut kelak bisa menjadi objek wisata sejarah dan arkeologi di pantai Brondong.