Misteri Rasa Gatal, Mengapa Menggaruk Memberi Sensasi Menyenangkan?

By Ricky Jenihansen, Senin, 1 November 2021 | 13:00 WIB
Kita memiliki respon yang universal terhadap rasa gatal (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Lebih dari satu dekade yang lalu, para ahli belum mampu memahami apa itu rasa gatal. Para ilmuwan benar-benar mengira gatal hanyalah jenis rasa sakit yang lebih ringan. Gatal dianggap berasal dari reseptor yang sama di epidermis yang menyampaikan pesan kimia dan listrik ke tulang belakang dan ke otak untuk memberi tahu bahwa ada sesuatu yang menyakitkan.

Tapi kita sekarang tahu bahwa gatal sebenarnya memiliki sirkuit spesifiknya sendiri, yang melibatkan bahan kimia dan selnya sendiri. Dan sementara kita semua memiliki respons yang berbeda terhadap rasa sakit, kita memiliki respons universal terhadap rasa gatal.

Ketika kita menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal, maka tidak lama kemudian kita akan merasakan sensasi lega yang menurut hasil penelitian sinyal yang masuk ke otak setara dengan rasa nikmat. Mengapa bisa demikian?

Perilaku menggaruk sendiri adalah reaksi pertahanan diri untuk melindungi tubuh dari parasit dan mengurangi penumpukan sel-sel mati pada kulit. Rasa gatal juga dapat disebabkan oleh kerusakan saraf, alergi, infeksi virus hingga gangguan yang berasal dari dalam tubuh.

Sebuah penelitian dari Temple University Health System lebih dekat untuk memahami mengapa menggaruk membangkitkan sensasi yang menyenangkan dan bermanfaat. Saat bagian tubuh yang gatal digaruk, maka otak akan menerima sinyal rasa sakit yang lemah, otak kemudian mengubah sinyal tersebut menjadi rasa lega yang setara dengan rasa nikmat. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan daring di Journal of Investigative Dermatology.

Menggunakan fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) tingkat lanjut, para peneliti melihat aktivitas otak saat pasien gatal kronis dan subjek sehat menggaruk. Peneliti menemukan bahwa area otak yang terlibat dalam kontrol motorik dan pemrosesan yang memberikan rasa menyenangkan lebih aktif pada pasien gatal kronis saat mereka menggaruk.

Baca Juga: Mata Merah dan Gatal Saat Berenang? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Menggaruk adalah reaksi pertahanan diri untuk melindungi tubuh dari parasit dan mengurangi penumpukan sel-sel mati pada kulit. (Safebee)

Hideki Mochizuki, PhD, Asisten Profesor Dermatologi di TUSM dan penulis utama studi tersebut mengatakan, meskipun awalnya menyenangkan, menggaruk terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan intensitas gatal serta rasa sakit dan kerusakan kulit permanen.

"Itulah mengapa penting untuk memahami aktivitas otak yang mungkin mendorong perilaku menggaruk patologis ini," jelas Mochizuki dalam rilis Temple Health.

Saat menggaruk, maka otak akan meresponnya dengan mengeluarkan hormon serotonin yang berfungsi sementara untuk mengurangi rasa gatal tersebut. Hal yang sama juga akan dirasakan ketika bagian tubuh yang gatal sedikit dicubit atau dipukul perlahan, karena rasa sakit lemah juga dapat dihasilkan dari tindakan tersebut.

Itulah mengapa, saat digaruk, bagian tubuh yang gatal akan terasa nyaman sementara, namun ketika hormon serotonin sudah habis, maka rasa gatal akan kembali, di bagian tubuh yang lain atau di tempat semula.

Dalam sejarahnya, pengertian tentang rasa gatal yang dalam dunia medis disebut pruritus itu sendiri juga telah berubah dari yang awalnya sekitar satu dekade yang lalu dianggap jenis lain dari rasa sakit, hingga kemudian diketahui bahwa rasa gatal memiliki respon tersendiri oleh tubuh yang berkaitan dengan sel dan senyawa kimia tersendiri.

Para peneliti masih terus berusaha untuk memahami rasa gatal, terutama untuk mengembangkan terapi atau metode pengobatan pada pasies gatal kronis. "Gatal kronis adalah gejala utama pada penyakit dermatologis seperti eksim atopik dan psoriasis dan gejala yang mengganggu pada penyakit lain seperti penyakit ginjal stadium akhir," kata Mochizuki.

Baca Juga: Mata Merah dan Gatal Saat Berenang? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Saat digaruk, tubuh yang gatal akan terasa nyaman sementara (Getty Images/iStockphoto)

Ada banyak alasan mengapa ini terjadi, dan terkadang peneliti bahkan tidak mengetahui penyebabnya. Beberapa dapat disebabkan oleh infeksi virus yang mempengaruhi sistem saraf, seperti gatal postherpetic, yang dapat dipicu oleh herpes zoster.

Ada juga kondisi seperti pruritus brachioradial, yang disebabkan oleh saraf yang terbatas di leher. Dan aquagenic pruritus, yaitu rasa gatal yang dialami setelah terkena air. Beberapa kasus sebenarnya telah dikaitkan dengan kondisi langka di mana tubuh memiliki terlalu banyak sel darah merah. Semua gangguan ini dapat membuat orang merasa gatal, seringkali tanpa penyebab yang jelas dan berpotensi tidak memberikan rasa nyaman saat digaruk.

Dalam sebuah studi kasus ekstrim, seorang wanita yang menderita herpes zoster memiliki kulit kepala yang sangat gatal sehingga dalam setahun dia "tanpa rasa sakit" ketika menggaruk langsung ke tengkoraknya dan ke otaknya. Sehingga penting bagi banyak peneliti untuk menemukan solusi atas rasa gatal seperti itu.

Ilmuan hingga saat ini sebenarnya masih belum sepenuhnya memahami bagaimana respon gatal dapat memberikan sensasi nikmat tersendiri. Penelitian tentang rasa gatal dan menggaruk masih terus dilakukan dan di masa akan datang, mungkin saja para ilmuwan dapat menemukan cara untuk menghilangkan rasa gatal selamanya.

Baca Juga: Mendefinisikan 'Kecantikan', Mengapa Banyak Orang yang Memujanya?