Reka Ulang 'KNIL Vakantie': Menekuri Raut Sejarah dari Sisi Berbeda

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 5 November 2021 | 18:37 WIB
Memaknai sejarah KNIL dari sisi yang berbeda melalui kegiatan komunitas reka ulang. Metode pembelajaran sejarah kadang hanya melihat peristiwa sejarah dari satu sisi. Komunitas sejarah dan pegiat sejarah reka ulang mencoba menyajikan raut muka sejarah dari sisi yang berbeda. (Egar)

Semua berawal dari kecintaannya di dunia kostum. "Makanya gue ikut dua kegiatan yang ada hubungannya sama kostum, cosplay dan reenact," kata Okie. "Dan, gue juga suka sesuatu yang jadul."

Untuk kebutuhan reka ulang, biasanya Okie mengamati model seragam militer secara detail seperti pola jahitan dan bentuk kantong. Permasalahan timbul karena umumnya foto menampilkan bagian depan, namun jarang yang menampilkan bagian belakang. Bila memungkinkan, dia mencari relik seragam untuk referensi warna dan jenis kain, lalu mencari hal-hal yang lebih detail seperti model rajutan, bentuk kancing, dan lain-lain. Pun, kadang dia berpikir mengapa perancang busana seragam mendesainnya seperti itu. Untuk memudahkan mengingat, dia menggambar polanya dalam bentuk dua dimensi.

Salah satu kegemarannya dalam mempersiapkan busana reka ulang sejarah adalah saat berburu aksesori di pasar barang bekas. "Impresian itu juga asyiknya pas hunting barang asli, lho," ujarnya. "Apalagi [kalau] dapat harga miring."

Baca Juga: Suasana Ketika Hindia Belanda Sekarat

Agus Sutedja, pegiat reka ulang sejarah dan fotografer profesional, yang berimpresi sebagai 2e Luitenant KNIL. Memotret reka ulang sejarah membutuhkan riset dan kreativitas menyusun foto yang bercerita, ungkapnya. (Mahandis Yoanata/National Geographic Indonesia)

"Keasyikan berimpresi," kata Okie, "berkumpul dengan orang-orang yang satu visi dan bahan pembicaraan, merasakan bagaimana pelaku kehidupan yang kita impresikan hidup saat itu." Kemudian dia menambahkan, "I wish punya time machine yang bisa merasakan kondisi saat itu."

Kegiatan reka ulang tidak akan pernah menjadi bahan edukasi dan diskusi tanpa dokumentasi fotografi. Agus Sutedja, pegiat reka ulang sejarah dan fotografer profesional, mengungkapkan pengalamannya dalam setiap kegiatan reka ulang sejarah.

Reka ulang sejarah (reenactment) KNIL bertema 'Vakantie Naar Buitenzorg' oleh Komunitas BANGOR. Tema ini dipilih untuk melihat sisi lain yang lebih humanis dari serdadu Hindia Belanda. (Egar)

Ketika jeda pemotretan 'KNIL Vakantie", Agus mengungkapkan bahwa sebelum pelaksanaan reka ulang sejarah, dia selalu menyempatkan untuk riset tentang kemungkinan adegan apa saja yang sesuai dengan tema. Namun demikian, ada kalanya dia harus siap berkreasi menyusun cerita tambahan saat melihat situasi di tempat pemotretan.

Referensi adegan reka ulang bisa bertumpu pada foto-foto lama. Pada kesempatan ini Agus menyiapkan celemek dan topi koki untuk reka ulang adegan pembagian ransum makan serdadu KNIL. Sementara pegiat lain menyiapkan panci makan susun tiga (nesting) yang setipe dengan panci KNIL.

Buku Het Koninlijk Nederlands-Indisch Leger 1830-1950 menggambarkan menu harian KNIL. Dalam panci makan susun tiga itu biasanya serdadu KNIL bumiputra menerima tiga elemen makanan secara terpisah: nasi, sayuran, dan daging plus sambal. Beras menjadi makanan pokok serdadu bumiputra, yang disantap hampir setiap hari.

Menurut Agus, salah satu hal penting dalam memotret reka ulang sejarah adalah terpenuhinya unsur konsistensi atau kontinuitas di setiap adegan. "Tidak sekadar memotret, tetapi saya ingin mendapatkan rangkaian foto yang punya cerita," ujarnya. "Jadi ya memang perlu persiapan storyline."

Reka ulang sejarah XII e Bataljon Meester Cornelis dalam 'KNIL Vakantie' di tepian 's Lands Plantentuin. Tampak latar Buitenzorg Paleis. (Agus Sutedja)

Baca Juga: Kartu Pos Potret Kehidupan Jawa: Pesan Hindia Belanda ke Penjuru Dunia