'Marco Polo' Tiongkok, Pengelana Pertama ke Eropa di Abad Ke-13

By Sysilia Tanhati, Senin, 8 November 2021 | 11:00 WIB
Khotbah seorang imam Nestorian pada Minggu Palma. Lukisan dinding di Gaochang (Xinjiang) abad ke-7-8. (Public Domain)

Dari Italia, Bar Sauma menuju ke Prancis untuk menemui raja Prancis Philip IV. Niatnya untuk membentuk aliansi bersama terhalang oleh fragmentasi kekuasaan di Eropa. Raja Prancis lebih khawatir tentang kontrol Inggris atas wilayah Prancis Aquitaine daripada masalah dengan Tanah Suci.

Di Prancis, Bar Sauma menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi Paris, termasuk universitas dan gereja di sana. Sang Biarawan menyelesaikan putaran kunjungan kerajaannya dengan mengunjungi Edward I dari Inggris, kemudian menetap di Bordeaux. Edward menjanjikan bantuan ekonomi dan militer yang akhirnya tidak pernah terwujud.

Pada Februari 1288 seorang paus baru, Nicholas IV, terpilih. Tidak menunggu lama, Bar Sauma segera mengajukan petisi kepadanya. Melalui pengelana itu, paus menitipkan sebuah surat untuk Arghun Khan, salinannya disimpan di arsip Vatikan. Di suratnya paus menolak aliansi karena rapuhnya situasi internal di Eropa.

Sebelum meningggalkan Roma, Bar Sauma diizinkan untuk merayakan misa menurut tata cara Nestorian. Nicholas IV mencatat bahwa, terlepas dari bahasa, misa yang dirayakan oleh “duta besar Mongol” mirip dengan yang dirayakan di barat.

Setelah bertemu dengan paus, perjalanan panjang Rabban Bar Sauma pun berakhir. Dia kembali ke timur dan menghabiskan hari-hari terakhirnya di Bagdad sampai akhirnya meninggal dunia pada tahun 1294. Di sana ia membuat catatan perjalanan atas kesan-kesan mendalam yang dialami. Salinan dari catatan luar biasa dari pengelana pertama Tiongkok ke Eropa ini ditemukan berabad-abad kemudian.

 

Baca Juga: Krim Wajah Berusia 2.700 Tahun Ditemukan di Makam Lelaki Bangsawan