Ingin Tahu Rasanya Telanjang di Hadapan Orang Asing?

By , Kamis, 28 Mei 2015 | 10:25 WIB

Anda bisa bercerita banyak tentang seseorang dari cara mereka melepaskan baju.

Model biasanya punya jubah sutra yang akan menggelosor ke tanah, terjatuh ketika mereka memulai pose mereka.

Beberapa yang lain berjalan keluar kamar kecil telanjang bulat sambil berbasa basi dengan para peserta kelas seni. Beberapa lagi tak pernah melakukan kontak mata.

Saya ingat seorang yang berpose telanjang mencopot bajunya satu demi satu dan duduk menatap tajam kepada kami sepanjang satu jam penuh.

Saya menduga-duga, saat giliran saya tiba, bagaimana cara saya melepaskan baju? Seperti apa saya akan membuat tubuh saya yang berusia 40 tahun ini terpapar tanpa pakaian di sebuah ruangan penuh dengan orang asing.

Anda sendiri bagaimana?

Rekan saya yang juga turut berpose telanjang, baru saja meninggalkan panggung.

Muda, berjenggot dan penuh tato, ia melakukan high five kepada semua seniman ketika meninggalkan kelas.

Tak ada kesan yang saya tangkap bahwa ia seorang yang pemalu. Saya pergi ke kamar kecil.

Memakai bedak tipis sekali—cuma ini yang akan melapisi badan saya dalam 30 menit sesi saya nanti.

Bedak itu tak bisa menutupi semu merah yang berkembang di pipi saya demi melihat belahan dada saya (yang muncul apabila saya berpakaian lengkap).

Dan sekarang? Sekarang saya masuk ke ruang kelas di depan delapan orang laki-laki dan dua orang perempuan, berkata 'helo' lalu menjatuhkan pakaian saya. Harus saya akui dengan sedikit rasa sesal yang sudah terlambat.

Saya adalah bagian dari eksperiman global yang dilakukan oleh seniman gambar Mike Perry: ia menyerukan kepada publik untuk 'Telanjang dan Digambar' (Get Nude. Get Drawn).

!break!

Di berbagai kota di seluruh dunia, ia mengumpulkan seniman dan penggambar yang ia kagumi, kemudian menyelenggarakan sebuah acara, yaitu mengajak anggota masyarakat -melalui sosial media- untuk berpose telanjang untuk para seniman ini.

"Ini dimulai tahun 2011. Saya ingin kembali menggambar model, tetapi saya tak cukup sabar untuk mendaftar ke kelas regular," kata Perry.

"Saya pikir, keren juga kalau ada orang yang asing sama sekali, yang bersedia untuk berpose telanjang untuk kami gambar. Kami melakukannya sebagai acara spontan satu malam, dimana orang bisa muncul begitu saja untuk menjadi model.

"Kami menyebarluaskan ide ini lewat Twitter. Jujur saja, kami tidak terlalu berharap ada yang datang. Tapi ternyata tanggapannya luar biasa. Dan proses menggambarnya jadi menyenangkan, lebih menyenangkan daripada memakai model professional."

Proyek ini mendapat sambutan antusias dari para relawan di New York, Amsterdam dan London.

Banyak orang menanggapi, termasuk pasangan yang baru pertamakali kencan, seorang ibu dua anak yang punya masalah sulit tidur, turis bujangan dan seorang perempuan yang sedang terapi yang disarankan untuk ikut untuk mengatasi fobianya terhadap rambut kemaluan.

"Kami dapat bermacam-macam orang. Ada yang tak peduli sama sekali, ada yang bersikap moderat, sikapnya: 'ya, saya tak nyaman karena saya belum pernah melakukannya'. Dan ada juga yang amat sangat gelisah dan seperti sedang membuktikan sesuatu kepada diri mereka sendiri... Anda benar-benar melihat keberanian mereka dan Anda bisa lihat betapa mereka ingin sekali melakukan hal ini."

!break!

Apakah Perry memperhatikan adanya kesamaan budaya para peserta dalam proyek ini?

Apakah ada 'keanggunan orang Inggris'? Sikap 'pamer' orang Amerika? Orang Belanda yang berusaha bersikap telanjang sebagai sesuatu yang alami?

"Tak ada yang mencolok," kata Perry. "Manusia adalah manusia – sifat mereka sangat bermacam-macam, di sini maupun dimana-mana."

Satu-satunya perbedaan, katanya dengan hati-hati, kita, para relawan dari Eropa, umumnya lebih berbulu ketimbang para peserta Amerika. Dan Perry tidak bermaksud membicarakan model jenggot mereka.

Telanjang bulat

Malam ini di acara "Get Nude", para peserta banyak yang berjenggot.

Acara "Get Drawn" diselenggarakan oleh sebuah majalah: It's Nice That's Printed Pages.

Saya duduk, bimbang dan telanjang, di sebuah studio luas di London Timur, yang dilapisi dengan sebuah tirai putih untuk memberi kesan sederhana.

!break!

Orang-orang di sekitar saya menggambar di sehelai kertas ukuran A4 dengan pena dan tinta dan, ketika saya mengambil pose tertentu, saya bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan.

Di salah satu sketsa yang mereka buat, saya melirik: perut saya lebih besar ketimbang payudara saya.

Pandangan saya arahkah ke sebuah pot tanaman di dalam ruangan.

Saya meyakinkan diri sendiri: 'saya bisa melakukan ini.'

Sudah lebih dari 20 tahun saya melukis, berada pada posisi para seniman itu.

Saya paham betul bahwa saat ini saya berdiri di atas tanah yang suci. Sakral.

Disiplin seorang model telanjang adalah berpikiran terbuka; tak ada fasisme terhadap tubuh di sini.

Payudara yang peyot, perut bergelombang, semua itu diakrabi para seniman.

Pikirkan tentang tubuh yang menggelambir pada lukisan Lucien Freud atau Jenny Saville.

Model telanjang terbaik yang pernah saya gambar tidak memiliki tubuh langsing seorang penari; mereka orang biasa dengan detil tubuh mereka yang juga biasa – bekas tali kutang yang membekas di pundak, lengkungan yang didapat dari bekas sepatu yang dipakai bertahun-tahun – itu semua yang saya sukai untuk saya gambar.

Saya kemudian memasang pose yang saya anggap menarik, sementara tak ada yang menutupi tubuh saya.

Saya berhenti bernapas. Saya perhatikan bahwa perut saya tegang.

!break!

Seorang dari mereka, Mike, memberi pengarahan dan saya patuh sambil tetap diam.

Saya berharap saya melakukannya dengan 'benar'. Sesaat, saya khawatir bahwa ada salah satu dari seniman ini yang merasa bosan.

Saya sadar, bahwa sekalipun tak ada penilaian dalam hal ini, saya membawa penilaian saya sendiri, yaitu angan-angan saya tentang 40 tahun usia tubuh saya ini, dan anggapan bahwa saya membawa 'rasa malu orang Inggris'.

Lalu saya mencoba melakukan eksperimen. Sesudah enam menit sesi ini berlangsung, dalam posisi berdiri – kepala menghadap ke bawah dengan kaki disilangkan – saya memutuskan untuk melihat tubuh saya sendiri dengan penasaran.

Saya memperhatikan lekuk tubuh saya – bentuk-bentuk yang terhubung satu sama lain – dan nuansa warna kulit yang berbeda-beda.

Menarik, tapi tak lebih dari itu. Tapi akibatnya, napas saya menjadi lebih santai. Saya perhatikan ada musik yang dipasang.

Saya mengangkat pandangan saya dari pot tanaman kepada salah satu artis yang sedang menggambar. Dan pelan-pelan, saya mulai menguasai ruangan saya sendiri—sementara ini.

!break!

Kebenaran yang telanjang

Ada kesepakatan sosial mengenai bagaimana sebaiknya kita—terutama perempuan—bisa mendapat perhatian.

Jika seorang perempuan meminta perhatian secara langsung, maka ia sering dianggap genit. Sementara itu, bila tak diperhatikan sama sekali, itu juga menyakitkan.

Maka, saya biasanya menggunakan serangkaian manipulasi yang tak kentara: menjadi pintar, humoris, malu-malu, memanfaatkan belahan dada, sepatu hak tinggi dan rayuan.

Namun kini, tanpa itu semua selama 30 menit dan menjadi pusat perhatian tanpa kata-kata, sambil dihargai lantaran bentuk tubuh saya, rasanya berbeda sama sekali.

Saya mengandalkan tubuh saya yang apa adanya dan tak sempurna, serta mendapat perhatian dari orang-orang yang tak saya kenal, rasanya amat membebaskan. Ini seperti 'selfie' terhebat tanpa riasan wajah.

Saya tak lagi merasa malu dan terasing, saya merasa terlibat—mengundang, penasaran dan tertantang.

Pengalaman saya ini tidak erotik sama sekali. Saya bisa merasakan perhatian para seniman ini pada diri saya sekarang: mata mereka ke tubuh saya dan mereka menggores pena dengan bersemangat, mencoba untuk mengungkapkan lengkung dan lekuk pada tubuh saya, dan saya bahkan hampir merasa diri saya seperti struktur sebuah bangunan!

Ketika sesi menggambar itu selesai, saya memakai kembali baju saya, dan beriring dengan itu segala konvensi sosial (dan ketegangan seksual) hilang selama setengah jam tadi.

Namun di hari-hari berikutnya, tersisa efek yang halus bagi saya. Menjadi pusat perhatian—merasakan pengamatan secara seksama sampai saya merasakan kehangatannya—terasa seperti sebuah cara yang langsung dan amat jujur untuk mendapatkan perhatan; dan ini bisa saya praktekkan, dengan memakai baju, dalam kehidupan saya sesungguhnya.

!break!

Banyak yang telah ditulis mengenai efek pengobatan yang muncul dari dipandangi tanpa penghakiman oleh orang lain.

Seniman seperti Ellen Fisher Turk menggunakan foto telanjang para perempuan untuk mengubah pandangan historis yang kita percaya tentang tubuh kita sendiri, menyarankan agar para perempuan yang menjadi obyek fotonya menulis jurnal tentang gambaran mereka terhadap diri mereka sendiri. Saya membeli satu gambar kecil diri saya dari pameran hasil sesi lukisan tadi.

Saya suka. Tak mirip dengan saya, tapi gambar itu bisa menangkap sesuatu yang menyerupai diri saya.

Sebenarnya apa yang digambar seniman adalah diri mereka sendiri, bahkan ketika mereka menggambar orang lain.

Lucian Freud bicara tentang menjadi model merupakan "fungsi paling pribadi untuk menyediakan seorang pelukis titik awal guna membangkitkan gairahnya".

Saya berpendapat kegairahan itu berlaku dua arah; tindakan untuk dilihat ketimbang melihat telah membantu diri saya. Saya serius menyarankan agar Anda ikut serta dalam kegiatan acara ini.