Tradisi Mengikat Kaki yang Menimbulkan Dilema bagi Perempuan Tiongkok

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 13 November 2021 | 13:00 WIB
Tradisi mengikat kaki perempuan di Tiongkok. (Pinterest)

Lokasi kuburan-kuburan perempuan yang kerangkanya diperiksa. (Archaeological and Anthropological Sciences)

Keterbatasan fisik akibat tradisi mengikat kaki sangatlah nyata. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa mengikat kaki meningkatkan kemungkinan osteoporosis, radang sendi traumatis, dan risiko patah tulang karena kerapuhan.

Pengikatan kaki ini juga mengurangi mobilitas. Kondisi ini mempersulit perempuan untuk duduk dan berdiri, dan banyak kerangka dari para perempuan itu menunjukkan tanda-tanda penyakit sendi degeneratif yang serius.

Jenis keterbatasan fisik ini membuat hampir tidak mungkin bagi perempuan untuk menjadi mandiri secara finansial dalam ekonomi Tiongkok yang masih ditentukan oleh pekerjaan manual seperti pertanian, pertambangan, transportasi air, metalurgi, pembuatan tembikar, dan pemrosesan kaca, di antara banyak jenis pekerjaan serupa lainnya.

"Diyakini bahwa hilangnya kemampuan kerja pada para perempuan yang mengikat kaki, ditambah ketergantungan mereka pada suami dan keluarga untuk kekayaan, dapat dianggap sebagai tanda kekayaan keluarga," tulis para peneliti.

Menjelang akhir dinasti Qing, praktik pengikatan kaki perempuan di Tiongkok mulai berakhir. Hal ini didorong oleh pemerintah, faktor politik, dan "gelombang kebangkitan" di kalangan perempuan pada saat itu.

"Ada contoh perempuan kelas atas tanpa ikatan kaki karena keluarga mereka berpendapat menentang pengikatan kaki," kata Wang. "Contoh yang terakhir adalah Kang Youwei—seorang pemikir dan pembaharu terkemuka dari dinasti Qing akhir—yang tidak mengikat kaki putrinya."

Praktik mengikat kaki perempuan ini dilarang di Tiongkok pada tahun 1912. Namun beberapa perempuan terus melakukannya secara rahasia selama puluhan tahun berikutnya. Barulah pada tahun 1949, ketika Partai Komunis Tiongkok mengambil alih Tiongkok, tradisi yang merugikan perempuan ini benar-benar berakhir.