Kisah Warga Mosul Di Bawah Tekanan ISIS

By , Rabu, 10 Juni 2015 | 17:20 WIB

“Namun, saya akhirnya harus meninggalkan Mosul. Saya berhasil minggat tanpa bahaya, namun sebagian jiwa saya masih berada di sana--di rumah saya, dengan koleksi buku-buku.

“Setelah pindah ke Irbil [di wilayah Kurdistan di Irak] saya menerima berita buruk, kelompok ISIS telah menyita rumah saya dan menandainya dengan huruf ‘N’ [kependekan untuk Nasrani]. Saya langsung menelepon teman-teman di Mosul dan memohon mereka untuk menyelamatkan buku-buku saya.

“Namun sudah telat. Mereka mengatakan bahwa perpustakaan saya telah dilempar ke jalanan. Untungnya beberapa tetangga dapat menyelamatkan sejumlah buku yang tersembunyi."

!break!

3. Intimidasi, hukuman dan siksaan

ISIS kerap meledakkan masjid dan sejumlah tempat suci lainnya. (BBC)

Rekaman video juga menunjukkan penghancuran masjid dan tempat-tempat suci. Penduduk menceritakan hukuman bagi siapa saja yang melanggar hukum Islam menurut interpretasi IS yang diberlakukan di seluruh ‘kekhalifahan’ setelah menguasai Mosul.

Zaid: “Setelah ISIS merampas Mosul, mereka menetapkan ‘Hukum Khalifah’. Hukuman minimal adalah cambukan, yang diberikan kepada mereka yang tertangkap merokok.”

“Pencurian dihukum dengan amputasi tangan, pelaku perzinahan akan dilempar dari atas gedung bila pria dan akan dirajam hingga mati bila perempuan. Semua hukuman itu dilakukan depan umum untuk mengintimidasi warga lain yang dipaksa menyaksikan.” 

“Saya kenal sejumlah orang yang telah ditangkap ISIS, beberapa adalah keluarga saya. Mereka dibunuh karena bekerja untuk badan keamanan. Yang lain dilepaskan. Mereka menceritakan kisah-kisah mengenai kekejaman yang dilakukan ISIS di penjara-penjaranya.”

“Banyak yang sudah dilepaskan menolak untuk bercerita. Mereka bungkam, karena takut ditangkap lagi.”

Fouad: “Saya ditangkap oleh ISIS. Mereka datang ke rumah mencari adik saya. Ketika tidak menemukannya, mereka memutuskan untuk menahan saya saja.”

“Di penjara, saya disiksa. Pria yang menyiksa saya tidak berhenti sebelum dia lelah. Dia tampak tegang dan tidak mendengarkan apapun yang dikatakan para tahanan. Dia mencambuk saya dengan kabel listrik dan menyiksa saya secara psikologis.”

“Ketika adik saya menyerahkan diri, mereka menemukan tuduhan terhadapnya semua palsu namun saya tetap ditahan di penjara hingga mereka memutuskan saya boleh keluar.”