Akhir Masa Surel: Perusahaan yang Melarang <i>Email</i>

By , Senin, 15 Juni 2015 | 21:20 WIB

Clare Burge berpikir ia sudah mengatur "lalu lintas" email-nya dengan baik, sampai kemudian suatu hari ketika ia pulang dari liburan 10 hari di Maroko pada tahun 2001, ia menemukan 10.000 pesan baru di kotak masuknya! 

Stres langsung mengambil alih pikirannya yang sudah tenang karena liburan dan Burge malah menjadi berpikir mengapa ia sampai repot-repot harus liburan segala.Lalu, di tengah-tengah kegilaan itu, demikian Burge menyebut saat itu, ia memutuskan mencoba melakukan eksperimen berani untuk berhenti menggunakan email selama satu tahun. 

Ia memasang jawaban otomatis di akun email pribadi dan pekerjaannya yang meminta orang untuk meneleponnya alih-alih mengirim email. Untuk Burge itu merupakan momen yang mengubah hidupnya. 

"Email merupakan alat yang egois," kata Burge, yang kini mengelola perusahaan konsultasi berbasis di Dublin yang bernama Get Organised. 

"Orang-orang main lempar saja pekerjaan ke kotak masuk satu dan yang lainnya tanpa memikirkan orang lain dahulu." 

Hasilnya adalah "kita menjadi budak kotak masuk kita dan harus memeriksa terus email, mulai dari begitu bangun pagi sampai mau tidur lagi." 

!break!

'Mengganggu' kerja 

Kebanyakan pekerja kantoran dapat merasakan rasa frustrasi Burge karena begitu banyak email yang terus-terusan masuk sepanjang siang dan malam. 

Email juga dapat berpengaruh pada pekerjaan dasar perusahaan karena mengalihkan pehatian para pegawai dari tugas yang relevan untuk membalas pesan-pesan yang tidak penting. 

Seorang peneliti memperkirakan dibutuhkannya 64 detik untuk kembali bekerja setelah memeriksa pesan baru, dan penelitian lainnya memperlihatkan bahwa waktu untuk email ini bisa menambah waktu yang tidak dipakai untuk bekerja setiap harinya. 

Karena dampak buruknya terhadap efisiensi di tempat kerja dan kesejahteraan pegawai, email menjadi hal yang dikritik dalam banyak kebijakan perusahaan di seluruh dunia. 

Pada tahun yang sama saat Burge mogok menggunakan email, Thierry Breton, CEO dari perusahaan TI Prancis, Atos, mengumumkan larangan penggunaan email internal untuk 80.000 karyawan perusahaan itu. 

Ilustrasi. (Thinkstock)