Menelisik Asal Nama 'Sumatra' dalam Catatan Penjelajah Barat dan Islam

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 20 November 2021 | 07:00 WIB
Peta Sumatra yang ukuran luasnya belum bisa dipastikan oleh kartografer. Banyak penjelajah di masa lalu memberikan berbagai nama yang membuatnya sukar mencari nama asli dari pulau terbesar keenam di dunia ini. (Willem Lodewijcksz/Koleksi Bertelle Gallery)

Nationalgeographic.co.id—Tak selamanya Pulau Sumatra bernama Sumatra. Nama 'Sumatra' sejatinya tidak diketahui oleh penduduk di pulau itu. Berbagai nama dibubuhkan untuk pulau terbesar keenam di dunia ini oleh para penjelajah asing.

Nama yang dikenal justru adalah Pulau Perca (atau Pritcho dalam dialek Melayu selatan) dan Indalas berdasarkan karya sastra Melayu yang merujuk pada pulau-pulau sekitar semenanjung Malaya.

Namun, orientalis Inggris abad ke-19 yang pernah singgah ke Bencoolen (Bengkulu) William Marsden berpendapat 'Indalas' sangat mirip dengan nama 'Andalusia'—kekuasaan orang Arab di Spanyol di masa kejayaannya.

Dalam The History of Sumatra, dia menemukan penggunaan nama ini sudah marak, bahkan Selat Malaka sebelumnya dikenal sebagai Laut Indalas. Konon, orang Sumatra masa itu yakin Selat Malaka dahulu memiliki jembatan yang dihancurkan oleh Iskandar Agung.

Baca Juga: Koninklijke Olie, Perusahaan Minyak Kerajaan Belanda Kelahiran Langkat

Sementara 'Perca', memang berasal dari bahasa Melayu yang berarti potongan atau sobekan. Marsden menulis, penamaan dengan istilah ini adalah sesuatu "yang ganjil karena mengacu pada sebuah kejadian tentang robeknya layar kapal ketika mengelilingi pulau ini untuk pertama kalinya."

"Namun, ada kemungkinan yang lebih masuk akal yaitu mengacu pada patahan daratan di pesisir timur yang menakjubkan. Memang dapat dilihat di peta, di suatu kawasan yang disebut Selat Rupat, terdapat tempat yang sesuai dengan arti nama yang disebut sebagai Pulau Perca yang berarti pulau yang terpotong-potong."

Orang Eropa seperti Yunani dan Romawi, pengetahuannya baru memahahami peradaban Timur baru sampai Srilangka. Sumatra pada abad pertengahan justru dinamai sebagai Taprobana, yang mungkin juga mengacu untuk Srilangka. Nama itu lebih dikenal selama abad pertengahan di Barat, padahal Sumatra sudah sejak lama menjadi gerbang menuju Kepulauan Maluku yang terkenal akan rempahnya.

Ahli pelayaran Eropa di masa lalu, menurut Marsden, menyebut Sumatra sebagai Ophir. Penggunaan nama ini tidak dapat dibuktikan karena hanya merujuk pada kisah Alkitab tentang Sulaiman yang mencari daging emas dan gading di daerah khatulistiwa. Meski di Sumatra Barat memiliki gunung tertinggi bernama Ophir (Gunung Talamau), tetapi nama ini sangat asing bagi orang Sumatra itu sendiri.

Baca Juga: Mengenal Tionghoa Padang dan Proses Asimilasinya di Sumatra Barat

Litografi karya Pieter Van Der Aa berjudul La Ville de Palimbang dans l'Ile de Sumatra. Sisi atas, menampilkan pertempuran laut di latar depan. Sisi bawah, menampilkan kota yang terbakar. VOC menaklukkan Palembang karena kekayaan emasnya. (Pieter Van Der Aa)

"Sampai ditemukannya jalur menuju India melalui Tanjung Harapan, identitas pulau Sumatra sering digambarkan atau disinggung oleh para penulis secara tidak jelas, atau disimpulkan hanya berdasarkan yang terjadi saat itu," terangnya.