Menelisik Asal Nama 'Sumatra' dalam Catatan Penjelajah Barat dan Islam

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 20 November 2021 | 07:00 WIB
Peta Sumatra yang ukuran luasnya belum bisa dipastikan oleh kartografer. Banyak penjelajah di masa lalu memberikan berbagai nama yang membuatnya sukar mencari nama asli dari pulau terbesar keenam di dunia ini. (Willem Lodewijcksz/Koleksi Bertelle Gallery)

Sekitar dua puluh tahun dari kepulangan Marco Polo ke Italia, seorang pendeta Odorikus dari Pordenone melakukan penjelajahan ke Timur sejak 1318. Catatannya menceritakan perjalanan 20 hari pelayaran menuju Lamori yang merujuk pada istilah Al-Rami bahasa Arab. Perjalanan selanjutnya menuju ke selatan dan menemukan pulau Jawa. 

Penyebutan Sumatra sebagai nama kawasan muncul secara gamblang dalam Al-Rihlah, catatan karya musafir asal Maroko, Ibnu Battutah sekitar 1345. Menurut Hamka melalui buku Sedjarah Islam di Sumatera pada 1950, Ibnu Battutah menulis Sumathara atau Sumathra karena merujuk pada 'Samudera' pada nama kesultanan yang berdiri di Aceh sekitar abad ke-13.

Penjelasan lebih detail terkait orang Sumatra dijelaskan oleh pengalaman Nicolo de Conti dari Italia yang melakukan perjalanan ke Asia pada 1449. Sepulangnya, ia menyampaikan pada Paus Eugenius IV tentang Sumatra dengan penjelasan yang lebih detil daripada penjelajah sebelumnya.

Nicolo de Conti menyebut pulau itu Sumatra dengan penjelasan nama terdahulunya sebagai Taprobana. Catatannya menyebutkan tanaman lada, buah durian, dan adat-istiadatnya yang khas terkait orang Batech (Batak).

Penyebutan nama Sumatra kemudian makin kuat dalam buku perjalanan Itinerarium Portugallensium yang dicetak di Milan 1508. Kemudian, bangsa Portugis banyak melakukan perjalanan yang menyebutkan Sumatra seperti Odardus Barbosa dari Lisbon.

Sementara rekan Ferdinad Magellan, Antonia Pigafetta, menuturkan perjalanan keliling dunia dari arah Atlantik tembus ke Filipina dan Sumatra. Perjalanan itu melewati Pulau Timor dan sisi selatan Nusantara—laut kidul karena takut ditundukkan kapal-kapal Portugis.

Dia mencatat bahwa Taprobana sempat populer untuk menggambarkan Sumatra. "Nama tersebut juga diketahui dari penduduk lokal pulau tersebut yang berada di atas kapal, yang membantu mereka sebagai penerjemah di berbagai tempat yang mereka kunjungi dan merupakan pengenalan awal terhadap bahasa Melayu," ungkap Marsden.