Sejarah Unik Maneki-Neko, Kucing Pembawa Keberuntungan dari Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 16 November 2021 | 09:00 WIB
Maneki-neko kini hadir dalam beragam warna dan pose yang disesuaikan dengan kebutuhan. (Joshua Olsen)

Salah satu legenda dimulai dengan seekor kucing yang lahir di kuil Gōtoku-ji di Setagaya Ward, Tokyo selama periode Edo (1603–1868). Menurut sejarawan kuil, saat berburu elang, daimyo (penguasa wilayah) Ii Naotaka selamat dari sambaran petir ketika kucing peliharaan kepala biara, Tama, memanggilnya ke Gōtoku-ji.

Sebagai ungkapan terima kasih, penguasa itu mengangkatnya menjadi pelindung kuil. Sejak saat itu, Tama pun dihormati di kuit tersebut.  

Saat ini, pekarangan Gōtoku-ji yang tenang dipenuhi dengan ribuan patung kucing yang mengundang dengan berbagai ukuran. Selain datang untuk melihat deretan patung kucing putih, peziarah berdoa untuk keberuntungan. Tertarik untuk memilikinya? Anda dapat membeli patung tersebut di kuil. Sebagian pengunjung meninggalkan patung tersebut di kuil sebagai persembahan. Tidak sedikit yang membawanya pulang untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan.

Di dekat Asakusa, Tokyo, terdapat maru-shime no neko (kucing keberuntungan) di Kuil Imado. Ini merupakan variasi dari kucing pemanggil yang duduk menyamping dengan kepala menghadap ke depan. Pada tahun 1852, seorang wanita tua yang tinggal di Imado sangat miskin sehingga dia tidak bisa lagi memberi makan kucing peliharaannya. Dengan terpaksa, ia melepaskan kucing kesayangannya itu. Kucing itu kemudian muncul dalam mimpinya dan berkata, "Jika kamu membuat boneka menurut gambarku, aku akan mendatangkan keberuntungan."

Baca Juga: Penelitian Baru Patahkan Teori Orang Amerika Berasal dari Jepang

 

Wanita tua itu membuat patung-patung kucing dan menjualnya di gerbang kuil. Sang Kucing menepati janjinya dan patung tersebut menjadi populer, menyelamatkan wanita tua itu dari kemiskinan.

Dari mana pun asal patung yang asli, satu hal yang pasti: kucing dipercaya membawa keberuntungan. Ini mungkin ada kaitannya dengan dekrit kaisar yang dikeluarkan pada tahun 1602. Saat itu kaisar memerintahkan untuk membebaskan semua kucing di Jepang untuk pengendalian hama dalam perdagangan sutra. Meski perdagangan sutra menghilang, kucing tetap dianggap sebagai jimat untuk kemakmuran bisnis.

Tampaknya fungsi kucing lebih dari sekedar pengendali hama. “Fungsi maneki-neko terletak pada kekuatan mitologisnya untuk membawa keberuntungan bagi penjaganya,” kata Yoshiko Okuyama, profesor bahasa Jepang di Universitas Hawaii di Hilo.

Orang Jepang percaya akan pepatah neko wo koroseba nanadai tataru, yaitu jika Anda membunuh kucing maka kucing akan menghantui keluarga selama tujuh generasi. Ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kucing pendendam dan memiliki umur panjang di luar kehidupan manusia. Selain itu, ada kepercayaan yang mengakar pada kekuatan kucing: jaga mereka dan mereka akan menjaga Anda.

Baca Juga: Shigenori Nishikaichi, Pilot Jepang di Pearl Habor yang Salah Mendarat