Studi ini didasarkan pada penelitian serupa yang dilakukan di Amerika Latin yang mengusulkan serangkaian indikator untuk mengevaluasi sistem perbenihan nasional. Sistem perbenihan nasional merupakan istilah umum untuk menggambarkan bagaimana fungsi penyediaan, distribusi, dan penggunaan benih dalam konteks atau lokasi tertentu.
"Memantau kemajuan kinerja sistem benih nasional untuk restorasi melalui serangkaian indikator global akan membantu negara-negara mengevaluasi seberapa baik mereka mencapai tujuan restorasi," kata Evert Thomas, peneliti dari Aliance yang juga terlibat dalam studi ini.
Baca Juga: Riset Ungkap Kenapa Banjir di Indonesia Terjadi Lebih Sering dan Parah
"Kami juga berharap pekerjaan ini dapat memfasilitasi 'pembelajaran horizontal' di mana negara-negara yang berhasil dalam beberapa indikator dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk lebih meningkatkan sistem benih mereka."
Seperti yang ditekankan oleh para peneliti dalam beberapa makalah ilmiah terbaru tentang restorasi, tujuan dari proyek restorasi tertentu perlu didefinisikan secara kolaboratif di awal untuk meningkatkan peluang keberhasilan.
"Definisi restorasi kami menjadi cukup luas mengingat bahwa ada beberapa hasil yang diinginkan ketika meningkatkan fungsionalitas lanskap," kata Riina Jalonen, salah satu peneliti dari Aliance.
"Ini bukan hanya tentang memulihkan hutan alam, ini tentang memulihkan fungsi lanskap dan layanan ekosistem. Restorasi tidak selalu harus menggunakan spesies asli tetapi spesies asli juga tidak boleh dikecualikan. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan benih pohon asli akan menjadi kunci bagi negara-negara Asia untuk memenuhi target restorasi mereka dengan cara yang memberikan beragam manfaat bagi umat manusia dan planet ini."
Baca Juga: Bagaimana Cara Limbah Kopi Menumbuhkan Kembali Hutan Hujan Kosta Rika?