Nationalgeographic.co.id - Cerebral palsy (CP) merupakan sekelompok gangguan dari otak yang memengaruhi kemampuan sesorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan posturnya. Biasanya kecacatan motorik ini umumnya terjadi pada anak-anak, tetapi dalam studi di jurnal Frontiers in Neurology dampaknya bisa terjadi hingga dewasa.
Dampak itu berisiko memiliki darah tinggi, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah ginjal. Penelitian itu sendiri dipublikasikan Rabu (10/11/2021) lalu, oleh tim yang dipimpin Daniel Whitney, dari Department of Physical Medicine and Rehabilitation, University of Michigan, Amerika Serikat.
Whitney dan tim lewat makalah ini mengingatkan para dokter agar tidak kehilangan tanda-tanda awal penyakit ginjal, terutama pada pasien yang mengalami cerebral palsy. Perhatian terhadap cerbral palsy bisa memungkinkan untuk pencegahan dampak buruk pada gangguan ginjal.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Ginjal Babi Sukses Ditransplantasikan ke Manusia
Dari penelitian ini, Whitney juga mulai mencari metode yang lebih akurat mengukur fungsi ginjal untuk orang dengan cerebral palsy.
“Kami tidak perlu menemukan kembali roda ketika menggunakan tes klinis standar untuk mengukur kesehatan organ,” kata Whitney. "Namun, untuk orang dengan cerebreal palsy dan disabilitas lainnya, kita perlu mencari cara untuk memanfaatkan tes ini dengan lebih baik dan nilainya untuk menangkap kesehatan dan fungsi organ yang sebenarnya dari individu tersebut."
Sementara ini, para peneliti menyarakan perlu adanya penaksiran tinggi terkait fungsi ginjal, walau metode pengukuran pemeriksaannya sangat standar.
"Metode klinik saat ini untuk menilai fungsi ginjal dipengaruhi oleh massa otot dengan cara memberikan gambaran yang tidak akurat tentang kesehatan ginjal untuk pasien dengan cerebral palsy," terangnya Whiteney di Eurekalert.
Baca Juga: Mengenal Cerebral Palsy, Kerusakan Otak yang Sebabkan Kecacatan
Dokter biasanya mengambil darah untuk menguji fungsi ginjal, dan memeriksa kreatinin. Zat ini adalah limbah dari darah yang diproduksi dalam jaringan otot dari aktivitas kita. Jumlahnya dalam darah yang diambil untuk pengamatan, diatur oleh ginjal, yang membuatnya sangat tepat untuk memahami fungsi ginjal.
Pemahaman awalnya jika semakin tinggi kreatinin yang terkandung, maka semakin buruk fungsi ginjal.
Untuk pasien mengidap cerebral pasly, tidaklah demikian. Hal ini menjadi fokus dokter agar tidak mengalami kesalahan interpretasi hasil. Whitney memaparkan, orang yang memiliki cerebral palsy justru memiliki massa otot yang rendah, yang biasanya membuat tingkat kreatinin yang rendah untuk diperiksa.
Akibatnya, rentan interpretasi nilai yang dihasilkan tentang fungsi ginjal yang sebenarnya. Untuk itu, penaksiran soal kondisi ginjal harus lebih baik dari sekadar pengamatan kreatinin.
"Ini bukan kesalahan dalam tes tetapi kesalahan dalam interpretasinya," katanya. "Pekerjaan di masa mendatang perlu mengidentifikasi cara yang lebih baik untuk menangkap fungsi ginjal apa lagi masalah dengan tes klinis ini untuk orang dengan cerebral palsy."
Baca Juga: Sampel Kotoran Kuno Ungkap Tubuh Penduduk Pompeii Inggris Dipenuhi Cacing Pemakan Ginjal
Selain pengamatan pada kreatinin, pemahaman lewat laju filtrasi glomerulus (eFGR) juga masih kurang untuk memahami fungsi ginjal. Tetapi juga harus menentukan stadium penyakit ginjal dan merekomendasikan kapan mereka harus dirujuk untuk evaluasi nefrologi.
Andrea Oliverio, rekan penulis makalah dan asisten profesor Division of Nephrology, Department of Internal Medicine, University of Michigan, mengatakan, jika metode saat ini hanya memperkirakan secara lebih fungsi ginjal dalam suatu populasi, tanpa memandang fenomena ini, pasien dengan cereberal palsy mungkin tidak dirujuk untuk evaluasi nefrologi di waktu yang tepat.
"Dokter juga menggunakan persamaan perkiraan ini untuk memandu dosis beberapa obat, sehingga pasien dengan fungsi ginjal yang terlalu tinggi dapat menerima dosis obat yang lebih tinggi daripada yang seharusnya untuk fungsi ginjal mereka yang sebenarnya," kata Oliverio.
Laporan ini diuraikan dalam makalah mereka dengan menganalisis data klaim lebih dari 16.700 orang dewasa dengan cerebral palsy. 7,3 persen diantaranya memiliki penyakit ginjal. Kemudian Whitney dan Oliverio memperhitungkan sekitar dua lusin komorbiditas, dan hasilnya ditemukan penyakit ginjal yang berisiko kematian lebih tinggi, terutama stadium akhir.
"[Temuan] Ini membantu kita melihat bahwa penyakit ginjal bukanlah kondisi pasif dan jinak, tetapi itu masalah, dan sayangnya, diabaikan," terang Whitney.
"Ini tidak seperti ginjal Anda sakit ketika berfungsi rendah, itu tidak terlalu jelas. Jadi, kita benar-benar harus lebih sadar sejak dini untuk mendeteksi dan mengelola penurunan fungsi ginjal sebelum menyebabkan lebih banyak masalah medis."