Delapan Binatang Raksasa yang Hampir Mustahil ditemukan

By , Senin, 17 Agustus 2015 | 10:30 WIB

Kebanyakan cumi-cumi raksasa baru tampak di permukaan laut ketika mereka telah mati atau sekarat.

Keberadaan cumi-cumi ini di lingkungan alaminya pertama kali didokumentasikan dengan film pada tahun 2012.

Proyek itu dilangsungkan oleh sebuah tim ilmuwan internasional yang meluncurkan kendaraan bawah laut di lepas pantai Jepang. Dengan sedikit umpan dan banyak keberuntungan, binatang yang dinantikan itu muncul juga melintas di depan kamera mereka.!break!

3. Berang-berang raksasa (Pteronura brasiliensis)

Memang tak ada gajah, namun kawasan tropis Amerika Selatan tetap saja penuh dengan binatang-binatang besar. Benua ini adalah rumah bagi armadillo dan tenggiling (pemakan semut) raksasa, begitu juga capybara, hewan pengerat terbesar di dunia.

Di sungai sebelah timur Andes hidup berang-berang raksasa yang panjangnya bisa mencapai dua meter. Mereka hidup di kelompok besar sehingga mudah ditemukan.

Berang-berang raksasa (Pteronura brasiliensis) (David Pattyn/NPL)

Walau berang-berang raksasa bisa mengatasi predator alami seperti jaguar -macan tutul, dan caiman -sejenis buaya, mereka bisa menjadi korban ulah manusia. Sifat mereka yang gemar bersosialisasi, penuh keingin-tahuan, dan suka berteman membuat mereka jadi sasaran empuk para pemburu.

Kulit berang-berang pernah menjadi barang yang paling dicari, yang menimbulkan akibat sangat mengerikan. Perdagangannya kemudian dilarang pada 1975 namun berang-berang raksasa yang tersisa sekarang terancam karena habitatnya di Amazon, makin tergusur pemukiman manusia.

4. Laba-laba pemburu raksasa (Heteropoda maxima)

Jika Anda mengukur laba-laba dari kakinya, laba-laba ini bisa mencapai panjang 30 sentimeter.

Untungnya, hampir mustahil bagi Anda menemukannya di bawah karpet Anda, kecuali Anda membangun rumah di sebuah gua di Laos. Bahkan di sana pun, penampakan laba-laba ini sangat jarang.

Laba-laba raksasa (Heteropoda maxima) (Michal Cerny/Alamy)

Heteropoda maxima ramai diperbincangkan ketika ditemukan pada 2001 oleh Dr Peter Jaegar dari Universitas Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman.