Ukurannya besar-besar, namun bukan jaminan bahwa binatang-binatang ini gampang ditemukan. Sebaliknya, hewan-hewan ini termasuk langka dan terancam punah. Inilah delapan binatang raksasa yang hampir mustahil ditemukan.
1. Armadillo Raksasa (Priodontes maximus)
Bayangkan sebuah binatang seukuran babi besar dengan tubuh yang dipenuhi sisik, dan cakar depan sepanjang 20 sentimeter yang bagai belati. Itulah armadillo raksasa.
Tapi, mereka sangat pintar bersembunyi dan para ilmuwan harus memakai kamera pengintai untuk mempelajari mereka.
“Sangat sedikit orang yang pernah melihat armadillo raksasa di alam liar,” kata Arnaud Desbiez, yang mengelola Proyek Armadillo Raksasa di Brasil.
"Di tempat penelitian lapangan, pemilik peternakan yang lahir dan besar di sini pun belum pernah melihat armadillo raksasa sebelum proyek ini dimulai."
Dengan bobot hingga 50 kilogram dan panjang mencapai 1,5 meter, Priodontes maximus dikenal sebagai spesies armadillo terbesar di Bumi.
Tapi karena ukurannya yang dua kali lebih besar dari spesies armadillo lain, mereka tidak bisa bergulung dan membentuk bola ketika merasa terancam. Sebaliknya, mereka akan menggali lubang bawah tanah dengan cakarnya.
Armadillo raksasa dikategorikan sebagai spesies yang rentan kehilangan habitat karena perburuan, tetapi warga lokal menganggap penampakan mereka sebagai pertanda buruk.
2. Cumi-cumi Raksasa (Architeuthis)
Bisa jadi mereka adalah binatang raksasa yang paling keji yang mengintai di bawah permukaan laut. Cumi-cumi raksasa ini panjangnya hingga lima meter dan jika ditambah dengan tentakelnya, panjangnya bisa menjadi lebih dari 13 meter.
Mereka adalah pemangsa atau predator, dengan ciri khas bola mata yang seukuran bola sepak, dan paruh yang dapat mengoyak daging.
Tapi, sebagai penghuni laut dalam (di bawah kedalaman 1.000 meter), jarang sekali manusia mendapati spesies ini dalam keadaan hidup.
Konon, mereka sering merusak kapal-kapal, tetapi penampakkan yang terdokumentasikan sangat langka sehingga tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
Kebanyakan cumi-cumi raksasa baru tampak di permukaan laut ketika mereka telah mati atau sekarat.
Keberadaan cumi-cumi ini di lingkungan alaminya pertama kali didokumentasikan dengan film pada tahun 2012.
Proyek itu dilangsungkan oleh sebuah tim ilmuwan internasional yang meluncurkan kendaraan bawah laut di lepas pantai Jepang. Dengan sedikit umpan dan banyak keberuntungan, binatang yang dinantikan itu muncul juga melintas di depan kamera mereka.!break!
3. Berang-berang raksasa (Pteronura brasiliensis)
Memang tak ada gajah, namun kawasan tropis Amerika Selatan tetap saja penuh dengan binatang-binatang besar. Benua ini adalah rumah bagi armadillo dan tenggiling (pemakan semut) raksasa, begitu juga capybara, hewan pengerat terbesar di dunia.
Di sungai sebelah timur Andes hidup berang-berang raksasa yang panjangnya bisa mencapai dua meter. Mereka hidup di kelompok besar sehingga mudah ditemukan.
Walau berang-berang raksasa bisa mengatasi predator alami seperti jaguar -macan tutul, dan caiman -sejenis buaya, mereka bisa menjadi korban ulah manusia. Sifat mereka yang gemar bersosialisasi, penuh keingin-tahuan, dan suka berteman membuat mereka jadi sasaran empuk para pemburu.
Kulit berang-berang pernah menjadi barang yang paling dicari, yang menimbulkan akibat sangat mengerikan. Perdagangannya kemudian dilarang pada 1975 namun berang-berang raksasa yang tersisa sekarang terancam karena habitatnya di Amazon, makin tergusur pemukiman manusia.
4. Laba-laba pemburu raksasa (Heteropoda maxima)
Jika Anda mengukur laba-laba dari kakinya, laba-laba ini bisa mencapai panjang 30 sentimeter.
Untungnya, hampir mustahil bagi Anda menemukannya di bawah karpet Anda, kecuali Anda membangun rumah di sebuah gua di Laos. Bahkan di sana pun, penampakan laba-laba ini sangat jarang.
Heteropoda maxima ramai diperbincangkan ketika ditemukan pada 2001 oleh Dr Peter Jaegar dari Universitas Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman.
Jaegar mengatakan sorotan begitu besar itu pada akhirnya berdampak buruk pada laba-laba itu, belum ada aturan tentang perdagangannya padahal minat untuk menjadikannya hewan peliharaan sangat tinggi.
Dia mengatakan dari setiap 100 laba-laba yang diimpor sebagai ‘binatang peliharaan,’ mungkin ada 1.000 laba-laba yang musnah karena dikeluarkan dari habitat aslinya.
Betapapun, Jaegar mengatakan, kenyataan bahwa laba-laba itu umurnya pendek, bisa jadi akan mengurangi permintaan.
5. Kodok Goliath (Conraua goliath)
Kodok terbesar di dunia beratnya bisa sama dengan bayi yang baru lahir, yaitu sekitar 3,2 kilogram.
Walau tubuhnya besar, kodok ini tetap pada naluri alami sebagai amfibi untuk bersembunyi. Warnanya yang hijau berbintik-bintik membuat mereka cocok berkamuflase di bebatuan berlumut.
Mereka hidup di sungai-sungai dekat pesisir di hutan Afrika barat.
Dilihat dari ukurannya, Anda mungkin menyangka bahwa suara kodok ini akan mengelegar. Tetapi kenyataannya, kodok raksasa tidak memiliki kantong vokal sehingga mereka hanya bisa bersiul untuk memikat pasangan.
Kodok ini tergolong binatang yang terancam. Populasi mereka dilaporkan terus menurun, hingga tinggal 50% dalam tiga generasi terakhir. Kodok ini selalu diburu untuk makanan khusus dan untuk perdagangan internasional hewan piaraan– antara lain untuk kompetisi lompat kodok di AS.
Sebagaian kodok memang diekspor untuk program penangkaran, tetapi hal ini tidak terlampau berhasil. Para pemerhati lingkungan kini berkonsentrasi untuk bekerja bersama komunitas lokal untuk menekan perburuan sembarangan.!break!
6. Kupu-kupu sayap burung Ratu Alexandra (Ornithoptera alexandrae)
Di Papua Nugini, ada kupu-kupu yang sangat besar sehingga bisa sering dibandingkan dengan burung.
Kupu-kupu ratu Alexandra hidup di wilayah kecil di hutan tropis dekat pesisir utara.
Kupu-kupu jantan terlihat spektakuler dengan torehan warna biru-hijau dan hitam di sayap serta warna kuning cerah di badannya. Sementara yang betina, warnanya lebih teduh dengan aksen krem. Namun, yang betina memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari jantan. Ukuran sayapnya bisa mencapai 30 sentimeter.
Setelah ditemukan pada 1906, kupu-kupu ini dihargai sangat mahal oleh para kolektor sehingga perburuannya menjadi-jadi.
Kupu-kupu ini bisa terbang cepat dan sulit ditangkap sehingga para pemburu menggunakan senapan yang berisi garam untuk mendapatkannya.
Pada 1966 dibuatlah aturan untuk melindungi kupu-kupu ini, tetapi praktik perburuan ilegal dan perusakan habitat akibat industri kelapa sawit dan penebangan pohon telah secara dramatis membuat populasinya berkurang.
7. Isopod raksasa (Bathynomus giganteus)
Bayangkan ada spesies krustasea yang bisa tumbuh lebih panjang dari seekor kucing – dengan panjang 75cm dan berat 1,7kg.
Mungkin Anda tidak percaya, tetapi mahkluk itu ada, itulah isopod -sejenis kelabang- raksasa.
Isopod masuk dalam kategori krustasea, dan masih berkerabat dengan udang dan kepiting. Dia hidup di bawah laut dan ukuran sebesar itu memang tidak lazim.
Isopod raksasa ini memiliki eksoskeleton dan kemampuan untuk menggulung seperti bola untuk pertahanan. Mereka memiliki tujuh pasang kaki, dua antena sensitif, dan mata majemuk yang besar.
Di perairan dingin di lepas pantai AS, mereka hidup di dasar laut dan memakan bangkai ikan, paus, dan cumi-cumi.
Makanan adalah barang langka ketika Anda hidup di kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan laut, sehingga jika mereka menemukan makanan, mereka cenderung agresif.
8. Burung hantu pemakan ikan Blakiston (Bubo blakistoni)
Ada perdebatan tentang burung hantu mana yang bisa dinobatkan menjadi yang terbesar, tetapi burung hantu pemakan ikan Blakiston bisa menjadi kontestan unggulan.
Beratnya bisa mencapai 4,6 kg dan bentangan sayapnya bisa mencapai dua meter.
Makhluk ini ditemukan oleh Thomas Blankiston pada 1883, dan seperti namanya, burung hantu ini bertahan hidup dengan memburu ikan.
Mereka kebanyakan hidup di wilayah sungai Siberia, timur laut Cina, Korea Utara, dan kawasan utara Jepang.
Namun, kini burung hantu Blankiston sudah jarang ditemukan akibat penebangan pohon, penangkapan ikan secara berlebihan, dan perburuan.
Mereka kini secara resmi dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah.
Di Hokkaido, Jepang, burung hantu secara tradisional dianggap sebagai roh yang melindungi desa orang-orang Ainu. Sekarang, peran itu berbalik, dan para pecinta lingkungan mencoba melestarikan burung hantu.
Berkat rumah buatan, penurunan populasi burung hantu berhasil dihentikan. Tapi tanpa hutan sesungguhnya masa depan mereka masih tidak pasti.