Terapi Tidur Bantu Cegah Depresi Pada Orang Tua Dengan Insomnia

By Maria Gabrielle, Sabtu, 27 November 2021 | 16:00 WIB
Para ahli menemukan cara untuk cegah depresi pada orang tua dengan insomnia. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id - Depresi maupun insomnia bisa dialami oleh siapa saja, tidak terkecuali orang tua. Berdasarkan hasil studi baru terapi tidur yang melibatkan perilaku kognitif dapat membantu mencegah depresi pada orang tua dengan gangguan insomnia.

Dilansir dari CNN, Dr. Michael Irwin, profesor ilmu psikiatri dan biobehavioral di Davin Geffen School of Medicine, Los Angeles, sebagai penulis studi ini mengatakan bahwa sejumlah penelitian telah menunjukan insomnia adalah faktor risiko utama depresi. Ada sekitar 30 hingga 50 persen orang tua mengeluhkan insomnia.

Hasil studi menunjukan orang tua yang mendapatkan terapi perilaku kognitif untuk insomnia dalam uji klinis yang dilakukan secara acak, dua kali lebih kecil kemungkinannya untuk mengidap depresi.

"Jika remisi dari insomnia dipertahankan selama tiga tahun, (maka) pengurangan kemungkinan orang tua mengidap depresi bisa mencapai 83 persen. Kami telah menunjukkan bahwa insomnia dapat disembuhkan dengan terapi perilaku kognitif dan mencegah terjadinya depresi,” ujar Dr. Michael Irwin kepada CNN.

Studi ini telah dipublikasikan di JAMA Psychiatry berjudul Prevention of Incident and Recurrent Major Depression in Older Adults With Insomnia A Randomized Clinical Trial pada 24 November 2021. Terapi ini melibatkan orang tua berusia di atas 60 tahun dengan insomnia tanpa depresi yang dibagi menjadi dua kelompok.

Baca Juga: Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi, Pelopor Pengobatan Depresi

Setiap minggu selama dua bulan, salah satu kelompok mendapatkan pelatihan tidur dasar. Pelatihan meliputi kebersihan tidur, karateristik tidur yang sehat, biologi tidur, serta bagaimana stres dapat memengaruhi tidur. Setiap orang tua yang mengikuti terapi juga didorong untuk menyerap informasi yang mereka dapatkan dan mengimplementasikannya tanpa bantuan terapis.

Sementara itu, kelompok lain menerima bentuk terapi perilaku tidur yang disebut CBT-I selama delapan minggu ditemani terapis terlatih secara langsung. Terapi ini terdiri dari lima komponen yang telah terbukti efektif, bertahan lama dan memiliki lebih sedikit efek samping jika dibandingkan dengan obat tidur, yang mana bisa menyebabkan masalah pada orang tua.

Ilustrasi tidur. (Pixabay)

Adapun lima komponen CBT-I adalah stimulus kontrol, pembatasan tidur, kebersihan tidur, relaksasi, dan terapi perilaku kognitif. Kebersihan dan relaksasi tidur melibatkan kebiasaan tidur dengan benar, seperti tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, tidak menggunakan barang elektronik seperti tv atau ponsel pintar sebelum tidur, mandi air hangat atau melakukan yoga untuk relaksasi dan menjaga kamar tidur tetap sejuk.

"Stimulus kontrol membuat orang tua bangun dari tempat tidur ketika mereka tidak bisa tidur. Kebanyakan orang tetap di tempat tidur saat mereka resah walaupun tidak bisa tidur. Sebaliknya pada terapi ini, mereka diajarkan untuk bangun lalu melakukan aktivitas yang tenang dan tidak kembali ke tempat tidur sampai mereka mengantuk," jelas Irwin.

Baca Juga: Selama Pagebluk Tenaga Kesehatan Rentan Insomnia. Apa Bahayanya?

Selanjutnya ada pembatasan tidur yaitu waktu di kasur hanya untuk tidur ditambah 30 menit. Cara ini bertujuan agar pengidap insomnia bangun daripada berbaring di tempat tidur. Terakhir, terapi kognitif berfungsi agar pengidap insomnia memiliki pola pikir yang realistis untuk memungkinkan mereka lebih santai sebelum tidur.

Terapi berakhir setelah dua bulan tanpa intervensi lebih lanjut. Namun, penelitian tersebut mengawasi 291 orang selama tiga tahun dengan tujuan untuk memeriksa mereka dan menanyakan gejala depresi. Hasilnya, kelompok yang mendapatkan terapi CBT-I dengan bantuan terapis tidur sering kali melanjutkan terapi secara mandiri.

"Sekitar sepertiga orang masih bebas insomnia pada akhir dari tiga tahun penelitian ini. Kelompok yang hanya menerima pendidikan tidur memang menunjukan hasil sederhana dalam memperbaiki dan mengobati insomnia yang mereka idap. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama," kata Irwin.

Wendy Troxel, seorang ilmuwan perilaku senior dan spesialis tidur di RAND Corporation yang tidak terlibat dalam studi ini mengatakan temuan ini menarik dan sangat penting. Menurutnya, depresi berat sangat umum di kalangan orang tua dan berhubungan dengan peningkatan risiko penurunan kognitif, bunuh diri serta banyak penyebab kematian.

"Mereka merupakan yang pertama menunjukkan bahwa mengobati insomnia melalui perilaku bukan melalui obat–obatan, dapat mencegah depresi pada orang tua," ucap Wendy Troxel.