Demi Propaganda, Nazi Bikin Alkitab Anti-Semit dan Yesus Ras Arya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 30 November 2021 | 16:00 WIB
Stormtroopers mengadakan propaganda Kristen Jerman selama pemilihan Dewan Gereja pada 23 Juli 1933, di Gereja St. Mary, Berlin. Ajaran Kristen versi Nazi, demi mewujudkan propaganda anti-Semit, menganggap bahwa Yesus bukanlah keturunan Yahudi. (Wikimedia Commons)

Birgit Gregor, dalam artikel Zum protestantischen Antisemitismus. Evangelische Kirchen und Theologen in der Zeit des Nationalsozialismus, mengungkap cita-cita lembaga itu berdasarkan salah satu catatan seorang direktur, Georg Bertram. 

Tujuan lembaga itu adalah "bela diri melawan semua orang Yahudi dan Yahudi terselubung, yang telah mengalir ke budaya Barat selama berabad-abad," tulisnya dalam publikasi di Jahrbuch 1998/99 zur Geschichte und Wirkung des Holocaust, terbitan Fritz Bauer Institute.

Menurut Bertram, institut itu didedikasikan tidak hanya untuk kajian dan pemberantasan pengaruh Yahudi di Jerman. Melainkan juga memiliki "tugas positif untuk memahami keberadaan Kristen Jerman sendiri dan mengorganisasi kehidupan Jerman yang saleh berdasarkan pengetahuan ini."

Baca Juga: Penemuan Selokan Tempat Puluhan Orang Yahudi Bersembunyi dari Nazi

Teolog Dartmouth College, Susannah Heschel dalam bukunya The Aryan Jesus: Christian Theologians and the Bible in Nazi Germany juga menyampaikan cita-cita teologis Nazi untuk menghapus orang Yahudi.

Pertama, pembuatan lembaga adalah mekanisme untuk melegalkan ajaran pembasmian Yahudi seperti holocaust. Kisah yang ada pada agama Kristen, diubah oleh institut

Dalam mekanismenya adalah dengan membentuk Institute of the Study and Elimination of Jewish Influence on German Church Life yang mengajarkan pembasmian Yahudi. Kemudian mereka menampilkan kisah-kisah Kristen dengan mengubah Yesus sebagai sosok anti-Semit paling agung di dunia.

Baca Juga: Tato dan Nomor: Sistem Identifikasi Tahanan Nazi di Auschwitz

Lukisan ini dibuat oleh John Heartfield pada 1934 untuk menggambarkan bagaimana Kristen dikungkung oleh paham fasis Nazi. (John Heartfield, 1934)

"Yesus harus dikuras dari keyahudian jika perang Jerman melawan orang Yahudi ingin berhasil," tulis Heschel.

Logika yang dipakai untuk menghancurkan bangsa Yahudi menciptakan kisah yang sangat aneh, menurutnya. Bahkan menyasar jauh dengan menapilkan Yesus sebagai sosok anti-Yahudi yang justru merombaknya seperti pengikut agama India yang menetang Yudaisme.

Para teolog Nazi, seperti Bertram, mengisahkan bahwa Galilea dihuni oleh orang Asyur, Iran, atau India yang banyak dipaksa untuk pindah ke Yudaisme oleh orang-orang Yahudi. Yesus, menurut mereka, sebenarnya berasal dari etnis Arya yang bersembunyi, yang kemudian keberadaannya bagi orang Yahudi ditentang dan harus dibunuh.

Baca Juga: Sousa Mendes dan Kisah Heroiknya, Selamatkan Ribuan Jiwa dari Nazi

Maka, Perjanjian Baru diproduksi oleh institut itu dengan revisian yang menyeluruh, dan menghilangkan Perjanjian Lama. Revisi versi Nazi menampilkan silsilah Yesus yang baru, untuk menghilangkan asal-usul keluarga Yahudi-nya.

Nama dan tempat berunsur Yahudi juga dihapus, sementara referensi Perjanjian Lama diubah untuk menggambarkan orang Yahudi secara negatif. Sosok Yesus pun dijadikan sebagai pahlawan Arya yang memerangi orang Yahudi, seolah apa yang Nazi lakukan memang menafsirkan apa yang dilakukan Yesus.

"Institut [teolog] itu mengalihkan pandangan Kristen dari kemanusiaan Tuhan menjadi keilahian manusia: Hitler sebagai individu Kristus, Volk Jerman sebagai pengikut Kristus secara kolektif, dan Kristus sebagai lawan mematikan Yudaisme," jelas Heschel.

Baca Juga: Nama-nama yang Terlupakan dalam Serangan Bom Jerman di Belanda