Migrasi Manusia Purba Siberia, Menunjukkan Penduduk Asli Amerika

By Galih Pranata, Rabu, 1 Desember 2021 | 13:00 WIB
Populasi kuno pemburu-pengumpul Arktik, yang dikenal sebagai Paleo-Eskimo, memberikan kontribusi genetik yang signifikan bagi populasi yang tinggal di Arktik Amerika Utara saat ini. (Smithsonian Magazine)

Nationalgeographic.co.idAda banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia bermigrasi ke benua Amerika Utara melalui Beringia, daratan yang pernah menjembatani laut antara apa yang sekarang disebut Siberia dan Alaska. 

Isu yang masih menjadi teka-teki sampai saat ini adalah siapa sebenarnya manusia yang menyeberang di era prasejarah, dan siapa yang bertahan sebagai nenek moyang penduduk asli Amerika saat ini. "Misteri itu, masih menjadi bahan perdebatan panjang," tulis Craft.

Brian Handwerk Craft menulisnya kepada Smithsonian Magazine dalam artikelnya berjudul Ancient DNA Reveals Complex Story of Human Migration Between Siberia and North America, publikasi 5 Juni 2019.

"Adanya dua studi DNA baru yang bersumber dari fosil langka di kedua sisi Selat Bering membantu menulis kajian baru dalam kisah perjalanan masyarakat prasejarah ini," tambah Craft.

Studi pertama, dilakukan dengan menggali genetika masyarakat Amerika Utara, Paleo-Eskimo (beberapa orang paling awal yang menghuni Arktik) dan keturunan mereka. 

"Penelitian ini berfokus pada populasi yang hidup di masa lalu dan hari ini, di Amerika bagian utara. Hal ini menunjukkan hubungan menarik antara penutur Na-Dene dengan orang pertama yang bermigrasi ke Amerika dan orang Paleo-Eskimo," Ungkap Anne Stone dalam tulisan Craft.

Anne Stone adalah seorang ahli genetika antropologi di Arizona State University yang menilai kedua studi untuk membuktikan kehidupan dan aktivitas yang terjadi di era prasejarah.

Selat Beringia telah terbentuk sekitar 34.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, manusia pemburu mamut pertama melintasinya lebih dari 15.000 tahun yang lalu atau mungkin jauh lebih awal dari yang diperkirakan.

Kemudian, migrasi besar-besaran para penduduk terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu, oleh orang-orang yang dikenal sebagai Paleo-Eskimo, tersebar di banyak wilayah di Arktik Amerika hingga Greenland. 

Satuan tim internasional mulai mempelajari sisa-sisa (fosil) 48 manusia purba dari wilayah tersebut, serta 93 suku Iñupiat Alaska dan Siberia Barat yang masih hidup. 

"Mereka tak hanya bertujuan menambah jumlah genom purba yang relatif kecil dari wilayah tersebut, tetapi juga berusaha untuk menggabungkan semua data menjadi satu model populasi," sambung Craft.

Hasil riset yang dilakukan tim diumumkan. Temuannya mengungkap bahwa baik masyarakat kuno dan modern di Arktik Amerika dan Siberia, secara garis besar diwariskan dari gen penduduk Paleo-Eskimo.

"Keturunan dari populasi Paleo-Eskimo tersebar di seluruh wilayah, termasuk penutur bahasa Yup'ik, Inuit, Aleuts dan Na-Dene dari Alaska dan Kanada Utara sampai ke Amerika Serikat Barat Daya," terangnya.

Baca Juga: Trepanasi, Teknik Pengeboran Kepala dari Suku Siberia Ini Bikin Ngeri

Potret keluarga Eskimo. (Wikimedia Commons)

Selama tujuh tahun terakhir, telah terjadi perdebatan tentang kontribusi Paleo-Eskimo secara genetik kepada orang-orang yang tinggal di Amerika Utara saat ini.

"Temuan tim sejauh ini telah menyelesaikan perdebatan, sekaligus mendukung teori bahwa Paleo-Eskimo yang mewariskan bahasa penutur Na-Dene," lanjutnya.

Studi kedua, bahwa Anna Stone menyandarkan bahwa bangsa Paleo-Eskimo memiliki garis keturunan Asia. "Studi ini menarik karena memberi kita wawasan tentang dinamika populasi, lebih dari 30.000 tahun, yang telah terjadi di timur laut Siberia," ungkap Anna dalam Craft.

Para peneliti mengambil sampel genetik dari fosil purbakala sebanyak 34 individu yang ditemukan di Siberia, yang usianya berkisar antara 600 hingga 31.600 tahun. 

Baca Juga: Arkeolog Menemukan Mumi Putri Bertato Berusia 2.500 Tahun di Siberia

Peta yang dulunya merupakan hubungan Beringia antara Siberia dan Alaska saat ini. (Smithsonian Magazine)

Stone mengatakan migrasi yang dilakukan menggambarkan bagaimana perubahan iklim berdampak pada dinamika populasi purba. "Sekitar 500 orang Siberia purba mencari iklim yang layak huni di Beringia selatan, hingga bermigrasi terus ke Amerika bagian utara," katanya.

"Selain tempat tinggal, kemungkinan, mereka mengikuti hewan yang buruan dan mengambil keuntungan dari tanaman yang mereka kumpulkan ketika distribusi itu bergeser ke selatan, ini menghasilkan interaksi dan perubahan populasi hingga kini," terang Stone.

Bukti yang terkuak menyebut bahwa penduduk asli Amerika berasal dari manusia purba Siberia, Rusia bagian Asia Utara. "DNA satu individu Siberia, berusia sekitar 10.000 tahun, menunjukkan lebih banyak kemiripan genetik dengan penduduk asli Amerika," pungkasnya.

Genom yang lebih modern dari fosil berusia 10.000 tahun yang ditemukan di dekat Sungai Kolyma, Siberia, membuktikan campuran DNA dari garis keturunan Asia Timur dan Siberia Utara Kuno. Genomnya serupa dengan yang terlihat pada populasi penduduk asli Amerika.

Baca Juga: Badak Berbulu Purba Ditemukan Membeku di Siberia, 80 Persen Utuh