Hocking dan tim mengungkap bahwa sebagian besar gempa 1737 terjadi di lepas pantai, pada kedalaman patahan yang jauh lebih dangkal dibandingkan yang ditunjukkan sebelumnya dalam catatan sejarah.
Rekan peneliti, Ed Garrett dari Department of Environment and Geography, University of York, Inggris menambahkan, "Kerja lapangan yang ekstensif selama beberapa musim memungkinkan kami memetakan endapat tsunami dengan sangat rinci."
"Kami pikir kombinasi data lapangan yang komprehensif ini dengan model numerik gempa dan tsunami membuat penelitian ini sangat penting."
Maka dari itu pertimbangan mereka tidak cukup berdasarkan catatan sejarah saja, tetapi juga pertimbangan catatan geologis perlu diperhatikan seksama. Cara ini dalam mitigasi dapat memberikan dokumentasi lengkap tentang rentetan kejadian beserta karakteristiknya.
Baca Juga: Selidik Paparan Radiasi Bencana Nuklir Fukushima pada Satwa Liar
"Penilaian bahaya tsunami sering kali didasarkan pada catatan sejarah adanya banjir di sepanjang garis pantai tertentu, dengan frekuensi kejadian tsunami di masa lalu yang digunakan untuk memprediksi potensi risiko di masa depan," terang Hocking di Eurekalert.
"Namun, catatan seperti itu kadang-kadang tidak lengkap karena pelaporan tsunami dapat sangat dipengaruhi oleh kerusuhan sosial atau krisis lainnya. Dalam kasus ini, diyakini bahwa kurangnya catatan sejarah tsunami dapat dikaitkan dengan pemberontakan yang telah mengusir para pemukim dari sebagian besar pos-pos kolonial di daerah tersebut."
Pada periode ini, Cile masih menjadi bagian koloni Spanyol. Periode ini selisih satu dekade dengan perlawan Mapuche terhadap pemerintah Spanyol yang terjadi pada 1723 hingga 1726.
Baca Juga: Catatan Gempa dan Mega Tsunami yang Pernah Melanda Maluku pada 1674
Dampak dari minimnya dokumentasi sejarah tsunami ini membuat generasi-generasi berikutnya memahami bagaimana sering dan polanya bencana ini muncul dari yang diyakini sebelumnya oleh para ilmuwan. Selain itu kesalahan perhitungan bisa berdampak juga pada perkiraan prediksi, yang harus diperhatikan oleh geolog di seluruh dunia ketika menganalisis bencana masa lalu, khususnya saat ada krisis lokal atau nasional.
"Bukti geologis sangat penting untuk meverifikasi dan melengkapi catatan sejarah untuk mendapatkan pola jangka panjang yang kuat untuk menginformasikan penilaian bahaya seismik dan tsunami," lanjutnya.
Baca Juga: Lelakon Rumphius di Ambon: Kebutaan, Korban Gempa, Sampai Kebakaran