Tsunami Cile Abad Ke-18 yang Terlupakan Ubah Hitungan Prediksi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 15 Desember 2021 | 11:00 WIB
Rawa pasang surut di Chaihuín Cile menjadi sarana para peneliti menemukan adanya jejak tsunami di masa lalu yang dilupakan catatan sejarah. (Diego Aedo)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian di jurnal NatureCommunications Earth & Environment yang dipublikasikan Kamis (09/12/2021) mengungkap peristiwa tsunami yang terlupakan dalam catatan sejarah Cile. Bencana itu terjadi karena gempa bumi yang sangat dahsyat di lepas pantai selatan hingga tengah negara tiga benua itu sekitar 1737. 

Sebelumnya para ilmuwan mengungkap Cile tercatat terkena tsunami paling dahsyat selama tiga kali dalam catatan sejarah sejak 1670-an, termasuk gempat bumi berkekuatan 9,5 SR pada 1960. Artinya, jika ditambah dengan temuan terbaru ini, para peneliti menyimpulkan, tsunami yang menghantam Cile terjadi rata-rata dalam rentang 130 tahun.

Menurut para peneliti, temuan ini menambahkan daftar betapa seringnya pantai di Cile sering dihantam tsunami. Sehingga dapat menjadi prediksi untuk menjadi mitigasi masyarakat setempat.

Penelitian yang dipimpin oleh Emma Hocking Department of Geography and Environmental Sciences, Northumbria University, Inggris, mendapatkan keberadaan terjangan tsunami di masa lalu berdasarkan analisis terhadap 130 inti sedimen yang diambil.

Dari sampel itu, terbukti adanya lapisan pasir yang tersebar luas yang berasal dari waktu yang sama dengan gempa, dan sangat mirip dengan endapan yang dibuat oleh gelombang tsunami dari daerah lain. Lapisan pasir ini memanjang secara lateral yang bertepatan dengan penurunan disemetri tiba-tiba.

Ada pula temuan campuran spesies ganggang laut dan air tawar, serta bukti adanya penurunan tanah. Temuan ini bisa mengungkap adanya peristiwa yang bukan disebabkan badai, banjir sungai, atau tsunami yang dihasilkan dari jarak jauh sebagai penyebab endapan pasir.

Hocking dan tim mengungkap bahwa sebagian besar gempa 1737 terjadi di lepas pantai, pada kedalaman patahan yang jauh lebih dangkal dibandingkan yang ditunjukkan sebelumnya dalam catatan sejarah.

Rekan peneliti, Ed Garrett dari Department of Environment and Geography, University of York, Inggris menambahkan, "Kerja lapangan yang ekstensif selama beberapa musim memungkinkan kami memetakan endapat tsunami dengan sangat rinci."

"Kami pikir kombinasi data lapangan yang komprehensif ini dengan model numerik gempa dan tsunami membuat penelitian ini sangat penting."

Maka dari itu pertimbangan mereka tidak cukup berdasarkan catatan sejarah saja, tetapi juga pertimbangan catatan geologis perlu diperhatikan seksama. Cara ini dalam mitigasi dapat memberikan dokumentasi lengkap tentang rentetan kejadian beserta karakteristiknya.

Baca Juga: Selidik Paparan Radiasi Bencana Nuklir Fukushima pada Satwa Liar

Tim penelitian sedang mengidentifikasi lapisan tanah di Chaihuín yang memiliki bukti jejak keberadaan tsunami tahun 1737. (Ed Garret)

"Penilaian bahaya tsunami sering kali didasarkan pada catatan sejarah adanya banjir di sepanjang garis pantai tertentu, dengan frekuensi kejadian tsunami di masa lalu yang digunakan untuk memprediksi potensi risiko di masa depan," terang Hocking di Eurekalert.

"Namun, catatan seperti itu kadang-kadang tidak lengkap karena pelaporan tsunami dapat sangat dipengaruhi oleh kerusuhan sosial atau krisis lainnya. Dalam kasus ini, diyakini bahwa kurangnya catatan sejarah tsunami dapat dikaitkan dengan pemberontakan yang telah mengusir para pemukim dari sebagian besar pos-pos kolonial di daerah tersebut."

Pada periode ini, Cile masih menjadi bagian koloni Spanyol. Periode ini selisih satu dekade dengan perlawan Mapuche terhadap pemerintah Spanyol yang terjadi pada  1723 hingga 1726.

Baca Juga: Catatan Gempa dan Mega Tsunami yang Pernah Melanda Maluku pada 1674

Dampak dari minimnya dokumentasi sejarah tsunami ini membuat generasi-generasi berikutnya memahami bagaimana sering dan polanya bencana ini muncul dari yang diyakini sebelumnya oleh para ilmuwan. Selain itu kesalahan perhitungan bisa berdampak juga pada perkiraan prediksi, yang harus diperhatikan oleh geolog di seluruh dunia ketika menganalisis bencana masa lalu, khususnya saat ada krisis lokal atau nasional.

"Bukti geologis sangat penting untuk meverifikasi dan melengkapi catatan sejarah untuk mendapatkan pola jangka panjang yang kuat untuk menginformasikan penilaian bahaya seismik dan tsunami," lanjutnya.

Baca Juga: Lelakon Rumphius di Ambon: Kebutaan, Korban Gempa, Sampai Kebakaran